Bandung, Info Burinyai, Dipelopori oleh seorang pegiat Seni Reak yaitu Abah Enjoem (Enjang Dimyati). Di Sanggar Seni ini biasa diadakan acara seni adat Kampung setempat yang biasa menggelar dan juga sosialisasi edukasi pendidikan kesenian untuk anak-anak yang tinggal di sekitar sanggar yang secara Rutin diprogramkan tiap hari Sabtu dan Minggu.
Kekayaan Jenis kesenian Sunda di Jawa Barat yang menuju ambang kepunahan, Seni Reak ini terancam punah Dan masih sangat sedikit sekali Kelompok Seni Reak ini yang Bisa bertahan, dan masih banyak orang yang tidak mengetahuinya bagaimana kehidupan kelompok seni semacam kesenian ini.
Seni Reak dari dahulu secara adat kebiasaan dipertunjukan sebagai seni sakral yang fungsinya untuk acara ritual bercocok tanam, upara panenan padi yang berkembang di wilayah Bandung Timur yang secara harmoni memadukan beberapa kesenian Sunda seperti Seni Angklung, Dogdog, Pencak Silat, Jaipong, Kacapi Suling, Kuda Lumping, Bangbarongan, Pamonyet, Seseroan, Pamacan dan lain-lainnya.
Pertunjukan Seni Reak memiliki kesan Sakral dan mistis dengan menggunakan instrument properti utama Untuk penari “Bangbarongan”.
Kostum Topeng “Bangbarongan” dipergunakan untuk disajikan oleh beberapa orang penari untuk menyajikan atraksi pada sebuah tarian ritual. Sebuah sajian tarian unik dan menarik dari Seni Reak ini adalah memasukkan roh Leluhur ke Seorang penari yang memakai Kostum Topeng “Bangbarongan”.
Sang Penari Bangbarongan tersebut sengaja dibuat kesurupan atau kaseundeuhan di bawah kendali pemimpin ritual. Nah, Sang Penari yang Kesurupan ini menjadi simbol atau dalam istilah Bahasa Sunda disebut Panca Curiga (Silib, Silir, Sindir, Siloka, Sasmita), sebagai simbol dualisme Kehidupan Kekuatan Positif dan Negatif yaitu antara sipat baik dan sipat buruk, sebagai filosofi dari adanya hal kebaikan dan hal keburukan dalam Kehidupan Makhluk dunia ini.
Setelah Sang Penari Bangbarongan dibuat kesurupan, maka di akhir pertunjukan penari “Bangbarongan” dinetralisir kembali sebagai di akhirinya Seni Pertunjukan Ritual.
Hari Sabtu Tanggal 17.Pebruari.Tahun 2024 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun atau Poe Milang Kala Sanggar Seni Reak Tibelat yang ke-18. Sebagai penonton yang mengapresiasi seni Pertunjukan ini, siapapun harus merasa bangga melihat bagaimana para pegiat seni reak di sana masih aktif terjun dan sangat tekun dan juga selalu konsisten dalam upaya Edukasi Pendidikan dengan cara memasyarakatkan kembali Seni Reak pada masyarakat kekinian yang sudah tergerus dunia modernisasi.
Tapi yang terlihat tampil dalam seni pertunjukan ini bukan hanya para seniman yang sudah dianggap senior, akan tetapi terlihat pula dalam seni pertunjukan seni reak ini anak-anak, remaja, para kaula muda, termasuk Ibu-ibu Rumah Tangga yang membawa anaknya yang masih anak belita di sana pun ikut aktif dalam kegiatan kesenian yang selalu diadakan oleh Sanggar Seni Reak Tibelat.
Abah Enjoem sebagai Pimpinan atau ketua Sanggar Seni Reak Tibelat ini, beliau mendirikan Sanggar seni Reak Sejak Tahun 2006. Abah Enjoem memiliki cita-cita untuk membawa Seni Reak keluar dari kesan arogan dan mengemasnya menjadi seni pertunjukkan yang bisa kembali seni reak ini memasyarakat layak dinikmati oleh kalangan masyarakat bangsa manapun.
Abah Enjoem pada Tahun 2017 membawa Seni Reak ini untuk dipertunjukkan di Australia. Abah Enjoem begitu fokus berusaha keras sangat serius dan konsisten berjuang terus, sehingga pada tahun 2018 Seni Reak diakui sebagai salah satu kesenian sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional, di Tahun 2023 kemarin Abah Enjoem juga dapat penghargaan anugrah Budaya sebagai Seniman Budayawan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Abah Enjoem memiliki program untuk membentuk Edukasi Pendidikan Karakter anak-anak terhadap kesenian tradisi, yang disebut Sakola Lawang. Cita-cita Kedepannya Abah Enjoem berharap dapat bekerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah dan lembaga pendidikan untuk memajukan Seni Reak bukan hanya sebagai pertunjukkan semata, tapi juga memiliki nilai kebudayaan yang kuat.
Menurut Abah, di Kota Bandung belum ada wadah yang benar-benar bisa menampung pelaku Seni Reak. Abah berharap bisa membangun paguyuban Seni Reak agar para penggiat bisa terus berkarya dan memiliki tujuan yang sama. Harapan besarnya adalah supaya Seni Reak ini bisa berlangsung turun temurun dan Bisa mancanagara diakui secara universal oleh Mata Masyarakat Seni International.
Penulis : Dody Satya Ekagustdiman