Bandung, Info Burinyay – Kenaikan harga beras yang terjadi pada akhir-akhir ini telah meresahkan masyarakat. Apalagi dalam satu tahun terakhir gejala kenaikan beras hampir tidak kelihatan. Tentu menjadi sinyal bahaya, karena komoditas beras memiliki andil yang besar pada tingkat inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat ada beberapa faktor yang mempengaruhi naiknya harga beras. Faktor cuaca, berkurangnya lahan pertanian, menurunnya produksi padi, sampai pada distribusi, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga beras.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BPS Jabar Marsudijono. Menurut Marsudijono, selama tahun 2023, luas panen dan produksi beras di Provinsi Jawa Barat turun jika dibandingkan dengan tahun 2022. Hal ini salah satunya disebabkan karena dampak dari El Nino yang menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang.
“ Dampak dari El Nino, lahan pertanian tidak bisa digunakan. Salah satunya karena kesediaan air. Maka sistem pengairan itu harus mendapat perhatian khusus,” kata Marsudijono pada pemaparan rilis yang berlangsung di Kantor BPS Jabar, Jl. PHH. Mustofa No. 43 Bandung (1/3/2024).
Produksi beras Jabar pada tahun 2023 sebanyak 5.278,21 ribu ton. Turun 3,11% dibandingkan tahun 2022. Marsudijono menambahkan di tahun 2022 luas panen mencapai 1.662,40 ribu hektar. Pada tahun 2023 turun 4,74% di angka 1.583,66 ribu hektar.
Begitu pun dengan produksi padi yang di tahun 2022 menghasilkan 9.433,72 ribu ton gabah kering giling (GKG). Kemudian turun 3,11% di tahun 2023 menjadi 9.140,04 ribu ton GKG.
“ Pada tahun 2024 di Provinsi Jawa Barat diperkirakan akan mengalami pergeseran puncak panen padi. Hal ini dikarenakan mundurnya masa tanam padi akibat kemarau berkepanjangan sebagai dampak fenomena El Nino,” ujar Marsudijono.
Curah hujan pun mempengaruhi produksi padi. Hal ini terkait dengan distribusi. Marsudijono menerangkan bahwa beras yang masuk ke Jawa Barat berasal dari Jawa Tengah, terutama Demak. “Masalah distribusi menjadi penting. Jawa Barat dapat kiriman dari Jawa Tengah, begitu pun Jawa Tengah menunggu kiriman beras dari Jawa Barat. Begitulah dinamika. Maka Pemerintah mendorong setiap daerah untuk berkolaborasi,” tegas Marsudijono.
Pergeseran masa tanam dan berkurangnya produksi padi yang menyebabkan terhambatnya distribusi sehingga mempengaruhi kenaikan harga. Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan impor beras. Marsudijono berharap impor beras tidak berbarengan dengan panen raya. Karena bisa mengganggu Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP).
“ NTP naik di atas 100. Presiden sudah menginstruksikan petani harus dilindungi. NTP yang sudah bagus jangan sampai terganggu oleh masuknya barang dari luar,” harap Marsudijono.
NTP Februari 2024 sebesar 117,43 naik 3,03% dibanding bulan Januari 2024 dengan nilai 113,97. Sedangkan NUTP Februari 2024 di angka 119,92 naik 3,57% dibanding Januari 2024 dengan nilai 115,79. NTP dan NUTP Jawa Barat naik dipangaruhi oleh Subsektor tamana pangan dan peternakan.
Komoditas penyumbang kenaikan NTP dan NUTP pada indeks harga yang diterima petani antara lain gabah, ayam ras, dan cabai merah.
Rancabali, Info Burinyay - Liburan panjang kembali menghidupkan sektor pariwisata di wilayah Bandung Selatan. Para…
Ciparay, Info Burinyay – Sebanyak 33 anak mengikuti tasyakuran khitanan massal di Pondok Pesantren Al…
Ciwidey, Info Burinyay — Pemerintah Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, terus meningkatkan pembangunan infrastruktur…
Bandung, Info Burinyay — Para Guru Bimbingan Konseling (BK) dari berbagai SMA di Kota Bandung…
Oleh: Sultan Patrakusumah VIII Trust of Guarantee Phoenix INA-18 Tasikmalaya - Dalam beberapa bulan terakhir,…
Rancaekek, Info Burinyay – Jajaran Polsek Rancaekek mengambil langkah tegas untuk meningkatkan disiplin dan keamanan…
This website uses cookies.
Leave a Comment