Cimahi, Infoburinyay – Industri kreatif yang sedang berkembang di Indonesia menyediakan lapangan kerja yang luas. SMKN 3 Cimahi memiliki 5 jurusan yang semuanya berkaitan erat dengan industri kreatif. Maka tidak mengherankan jika 55 persén alumni SMKN 3 Cimahi terserap di dunia kerja.
Waka Hubinmas SMKN 3 Cimahi, Ade Sudrajat menyatakan berdasar tracer study lulusan SMKN 3 Cimahi 55 persen bekerja. Sebagian lagi berwirausaha dan meneruskan pendidikan. Ada pula dalam status yang tidak termasuk ketiga kategori itu, seperti menikah. Sekalipun menganggur, ujar Ade, biasanya mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja.
“SMKN 3 Cimahi mengelola jurusan yang jarang ada di sekolah lain, baik itu SMK negeri atau swasta. Karena itulah animo untuk mendaftar ke sekolah ini sangat tinggi. Pola pikir masyarakat adalah ketika seseorang memiliki keahlian yang terbilang langka, maka ia akan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik.” Kata Adé kepada tim infoburinyay.com di kampus SMKN 4 Cimahi di Jalan Permana Tim. No.2, Citeureup, Kec. Cimahi Utara (26/7/2024).
Tahun ajaran 2024/2025 SMKN 3 Cimahi menerima 574 siswa baru. Mereka diperkenalkan pada lima jurusan yaitu Desain Komunikasi Visual (DKV), Pariwisata dan Hotel (PH), Tata Busana, Tata Boga, dan Manajemen Perkantoran (MP).
Ade menjelaskan, kelima jurusan tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Keunggulan tersebut yang banyak dilirik oleh beberapa industri atau instansi terkait. Apalagi dalam hal industri kreatif, lulusan ikut berkecimpung di industri kuliner (jurusan Tata Boga), fashion (Tata Busana), teknologi digital (DKV), pariwisata (PH), serta manajerial (MP).
“Di wilayah Kota Cimahi, jurusan Tata Boga itu hanya ada di sini. Kemudian SMKN 3 Cimahi adalah SMK Negeri Pariwisata satu-satunya yang ada di Cimahi. Jadi bisa dikatakan SMKN 3 Cimahi sekolah favorit dan menjadi pilihan utama dari para calon siswa di Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat,” katanya.
Kepercayaan masyarakat yang begitu besar , Ade menjelaskan, terjawab dengan lulusan yang mudah bekerja. Terutama bekerja di hotel, kafe, restoran, tempat wisata. Apalagi jurusan Tata Boga, siswa tidak hanya dilatih untuk berkreasi di bidang kuliner, mereka pun dididik untuk menyajikan hidangan yang bagus dan estetik.
Berkaitan dengan jurusan Tata Busana, kata Ade, siswa belajar dari mulai membuat pola sampai produksi. Siswa yang memilih jurusan tersebut betul-betul memiliki minat mendalami dunia busana. Banyak dari mereka yang berkarir, menjalankan usaha mandiri, juga mengelola perusahaan keluarga.
“Siswa yang betul-betul minat dalam busana, selain mudah memahami, mereka juga sudah memiliki rencana ke depannya seperti apa. Ada siswa yang keluarganya punya usaha butik dan usaha sejenis, alasan dia memilih jurusan Tata Busana SMKN 3 Cimahi, untuk mendalami keilmuan, yang kemudian membantu membesarkan usaha keluarga.” terangnya.

Indikator hasil belajar siswa sudah dinilai sari saat belajar. Bahkan kata Ade, ada siswa yang karyanya diterima oleh PT Trikarya Budaya Indonesia dengan brand busana olahraga muslim Jeea. Desain yang dibuat oleh siswa tersebut menjadi trending dan produknya meledak di pasaran.
“Sebagai bentuk penghargaan, perusahaan mencantumkan nama siswa di salah satu nama item produk mereka,” katanya.
Menurut Ade prestasi siswa merupakan hasil implementasi ilmu yang diberikan oleh guru di sekolah, sehingga para siswa dapat lebih mengembangkan karakter dirinya baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Roro Diah Kusumaningtyas, guru desain dan produksi busana, menjelaskan bahwa siswa belajar dari dasar desain. Membuat gambar/pola manual, digital. Memilih bahan membuat pakaian, membuat, lalu fashion show.
“Mereka senang mengerjakan. Suasana senang, membuat pola sambil menyetel musik. Supaya lebih bebas berimajinasi. Begitu pun ketika membuat pola digital,” ujarnya.
Guru yang sudah 24 tahun mengajar di SMKN 3 Cimahi mengerti betul bahwa perkembangan anak beragam. Ada berbagai kesulitan yang dihadapi. Roro pun menerapkan tutorial sebaya, di antara anak-anak yang memiliki kemampuan lebih diajak untuk menjadi tutor. Membantu menjelaskan materi.
“Selain menjadi tutor, setiap siswa pun membentuk kelompok. Setiap kelompok memiliki tugas berbeda sambil mempraktekan dengan teman-temannya. Jadi di antara mereka saling menularkan kelebihan,” kata alumni S1 Tata Busana UPI.
Pengajar yang meraih gelar S2 Desain ITB tersebut begitu sabar mendampingi siswa yang menggunakan mesin jahit di sekolah.
“Kendala anak yang tidak punya mesin jahit. Sekolah memfasilitasi anak di luar jam pelajaran. Saya kadang mendampingi sampai malam. Itu tidak masalah demi perkembangan anak,” katanya.
Sebagai guru, Roro sangat senang di antara anak didiknya sudah memiliki karya yang mampu menembus pasar. Itu menjadi kebanggaan baik secara pribadi mau pun sekolah. Karena SMKN 3 Cimahi menjadi bagian dari kemajuan industri busana tanah air.