SMPN 56 Bandung Membentuk Profil Pelajar Pancasila dalam Suasana Agamis

Bandung, infoburinyay — SMPN 56 Bandung menciptakan suasana agamis di lingkungan sekolah untuk membentuk karakter siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila, terutama ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Upaya tersebut didukung oleh adanya fasilits masjid yang representatif, serta mayoritas guru berasal dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kepala SMPN 56 Bandung Ferry Timorochmadi menyatakan bahwa keberadaan masjid yang representatif di lingkungan sekolah menandakan adanya keterlibatan masyarakat. Ada harapan dari masyarakat bahwa sekolah yang berada di dalam lingkungan komplek perumaham tersebut turut menjadi bagian dari lingkungan yang agamis.

“Masjid yang representatif tentu akan mendukung upaya sekolah dalam mendidik siswa. Masjid bisa digunakan untuk berbagai program pembiasaan,” ujar Ferry kepada tim infoburinyay.com di kampus SMPN 56 Bandung, Jl, Pasanggrahan VI No.13, Cipadung Kulon, Kec. Panyileukan, Kota Bandung (23/8/2024).

Adapun program pembiasaan yang dilaksanakan di SMPN 56 Bandung, tambah Ferry, yaitu dimulai pada pukul 6:30 WIB. Para siswa melantunkan asmaul husna, shalawat, ayat suci Al-Qur’an, mendirikan salat duha, dan berdoa. Kegiatan tersebut pun diikuti oleh para guru. Pembiasaan tersebut awalnya hanya dilaksanakan pada hari Jum’at, itu pun sebatas salat duha. Untuk lebih kuat dalam pembentukan karakter, tegas Ferry, pembiasaan tersebut dilaksanakan setiap hari sebab didukung oleh SDM Guru.

Ferry menambahkan bahwa guru-guru di SMPN 56 Bandung kebanyakan lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Guru Mata Pelajaran yang memiliki kemampuan dalam berdoa, mendidik agama dan menyelipkan pesan-pesan spiritual dalam mata pelajaran. Sehingga ada upaya pendidikan karakter, iman, dan takwa.

“Jika menginginkan murid yang saleh, maka gurunya pun harus saleh, begitu pun dengan kepala sekolahnya,” kata Ferry dengan senyum yang mengembang.

Pembiasaan tersebut membawa keberkahan bagi SMPN 56 Bandung. Ada sekitar 900 orang yang berdoa. Dan dari sekian banyak doa yang dipanjatkan, sekolah menginginkan sarana yang lebih layak untuk memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal. Doa tersebut dikabulkan, SMPN 56 Bandung atas dukungan Dinas Pendidikan Kota Bandung bisa membenahi 15 kelas dan 1 Lab IPA, serta membangun dua ruangan (Ruang Kelas Baru).

“Ruangan yang direhab itu ada di Gedung C. Gedung yang memiliki permasalahan menahun karena sering bocor padahal sudah diperbaiki. Setelah direhab, atapnya menggunakan dak, bukan atap biasa, yang meminimalisir timbulnya penyakit yang sama,” ujar Ferry.

Proses rehab pun tak hanya membenahi bangunan tapi juga mempercantik. Selain itu, akan dibangun jembatan yang menghubungkan antara Gedung C dan Gedong B, serta tangga yang memperbanyak akses.

“Untuk dua rungan baru, nantinya akan digunakan untuk UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan Kelas Inklusi,” kata Ferry.

UKS pun akan dilengkapi dengan peralatan kesehatan. Begitu pun fasilitas di kelas inklusi. Ferry menegaskan bahwa kelas inklusi tidak identik dengan anak berkebutuhan khusus. Namun untuk meningkatkan pelayanan kepada siswa yang memiliki kebutuhan yang berbeda. Seperti kecenderungan daya serap pada audio visual, infografis, dongeng, dst.

Berkaitan dengan kegiatan belajar yang terganggu selama proses rehab dan pembangunan, tutur Ferry, SMPN 56 memiliki 27 rombel. Ada 15 kelas yang direhab. 12 kelas digunakan untuk metode blanded learning, kegiatan pembelajaran diatur bagian pagi, siang, dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).

Kebijakan tersebut sudah disosialisasikan kepada murid dan orang tua murid. Selain memahami sebab perobahan sementara, sosialisasi diharapkan bisa menguatkan kerja sama antara guru dan orang tua, khusunya ketika siswa belajar di rumah.