Soreang, Info Burinyay – Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) mengadakan rapat koordinasi (rakor) guna membahas langkah konkret dalam pengendalian inflasi. Rakor ini berlangsung di Command Center Pemkab Bandung dan dihadiri oleh Kepala Disdagin Kabupaten Bandung, Dicky Anugrah, mewakili Bupati Bandung, Dr. HM Dadang Supriatna, S.Ip.
Menurut laporan Dicky Anugrah, pada Agustus 2024, Kabupaten Bandung mengalami deflasi sebesar 0,13 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 107,57 pada Juli menjadi 107,43 pada Agustus. Deflasi ini terjadi akibat penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran. Misalnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami penurunan harga sebesar 0,60 persen. Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga turun 0,30 persen. Selain itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.
“Oleh karena itu, inflasi year-to-date (y-to-d) pada Agustus 2024 tercatat sebesar 1,03 persen, sementara inflasi year-on-year (y-o-y) mencapai 2,30 persen,” ungkap Dicky. Berdasarkan data dari BPS, penurunan harga ini tampak di berbagai kelompok komoditas.
Lebih lanjut, beberapa kelompok pengeluaran menunjukkan inflasi. Kelompok pakaian dan alas kaki meningkat sebesar 0,07 persen. Begitu pula, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen. Selain itu, transportasi mengalami inflasi sebesar 0,55 persen. Pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Di samping itu, penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 0,22 persen, dan perawatan pribadi serta jasa lainnya meningkat 0,48 persen.
“Namun, kelompok kesehatan serta rekreasi, olahraga, dan budaya tidak menunjukkan perubahan indeks harga yang signifikan,” tambah Dicky.
Beberapa komoditas berkontribusi pada deflasi. Misalnya, jeruk, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan daun bawang memberikan kontribusi signifikan terhadap deflasi month-to-month (m-to-m). Sebaliknya, cabai rawit, cabai merah, air kemasan, tomat, dan bawang merah memberikan kontribusi terhadap deflasi year-to-date (y-to-d).
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,60 persen. Indeks turun dari 109,19 pada Juli menjadi 108,54 pada Agustus 2024. Penurunan ini disebabkan oleh subkelompok makanan yang mengalami deflasi sebesar 1,01 persen. Sementara itu, subkelompok minuman tidak beralkohol dan rokok mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,23 persen dan 0,67 persen.
Di sisi lain, kelompok pakaian dan alas kaki mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Indeks naik dari 106,02 pada Juli menjadi 106,09 pada Agustus. Pakaian mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, sementara alas kaki mengalami deflasi sebesar 0,03 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar 0,30 persen. Indeks turun dari 102,17 pada Juli menjadi 101,86 pada Agustus. Penurunan ini disebabkan oleh subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi sebesar 0,59 persen. Sebaliknya, subkelompok pemeliharaan dan perbaikan rumah mengalami inflasi sebesar 0,32 persen.
Selanjutnya, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,41 persen. Indeks naik dari 105,41 pada Juli menjadi 105,84 pada Agustus. Inflasi ini didorong oleh subkelompok furnitur, barang pecah belah, dan peralatan rumah tangga.
Sementara itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi atau deflasi. Indeks di sektor ini tetap stabil. Begitu juga dengan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, yang tidak menunjukkan perubahan indeks harga signifikan.
Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh subkelompok jasa pelayanan makanan dan minuman. Di samping itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 0,48 persen, dengan emas perhiasan berkontribusi pada inflasi.
Rakor ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengendalian inflasi guna menjaga kestabilan ekonomi di Kabupaten Bandung. Pemkab Bandung berkomitmen untuk terus memantau dan menangani inflasi dengan efektif.