Info Burinyay
PendidikanTak Berkategori

Pengaruh Budaya Konsumerisme terhadap Nilai-Nilai Sosial, Studi Kasus di Tiga Provinsi

Pengaruh Budaya Konsumerisme terhadap Nilai-Nilai Sosial. Studi kasus di tiga provinsi: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur.

Bandung, Info Burinyay – Budaya konsumerisme telah menjadi fenomena yang memengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk di Indonesia. Perubahan ini sering dikaitkan dengan pergeseran nilai-nilai sosial, terutama di daerah-daerah yang semakin terpapar gaya hidup modern. Dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa program Magister Manajemen Inovasi dari Universitas Teknologi Digital Bandung, dampak budaya konsumerisme terhadap nilai-nilai sosial dieksplorasi di tiga provinsi utama di Pulau Jawa: Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Studi ini berfokus pada tiga desa yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda, yakni Desa Wonodadi di Jawa Tengah, Desa Mentoro di Jawa Timur, serta Desa Temuwuh di Yogyakarta. Masing-masing desa dipilih untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif terkait pengaruh konsumerisme pada nilai-nilai sosial masyarakat setempat.

Desa Wonodadi: Kesederhanaan yang Menjaga Keharmonisan

Desa Wonodadi, terletak di dataran tinggi Jawa Tengah, terkenal dengan gaya hidup yang sederhana. Keterbatasan akses internet di desa ini mendorong masyarakat untuk tetap mengedepankan nilai-nilai tradisional, seperti gotong royong. Budaya konsumerisme di desa ini tergolong sangat rendah, berkat lingkungan yang mengutamakan kesederhanaan dan kebersamaan.

Keberadaan tradisi yang kuat di tengah masyarakat memperkuat solidaritas sosial. Misalnya, saat berlangsung acara pernikahan, warga lain membantu tanpa pamrih, memperlihatkan semangat kebersamaan yang erat. Selain itu, tradisi unik, seperti memberikan kasur sebagai mahar pengantin pria, menguatkan identitas sosial desa yang mengutamakan kebersahajaan.

Meski teknologi modern belum sepenuhnya menguasai desa, rasa kebersamaan tetap terasa kuat. Masyarakat Desa Wonodadi menekankan pentingnya menjaga keharmonisan sosial, tanpa terlalu dipengaruhi budaya konsumerisme.

Baca Juga
Zulfa'a Nurillah Raih Juara Nasional di Kompetisi Matematika dan Bahasa Inggris

Desa Mentoro: Mempertahankan Tradisi di Tengah Konsumerisme

Berbeda dengan Wonodadi, Desa Mentoro yang berada di dekat Kota Pacitan, Jawa Timur, memiliki akses yang lebih luas terhadap berbagai fasilitas modern. Sebagai daerah yang sering dikunjungi wisatawan, konsumerisme sedikit lebih terasa. Namun, nilai-nilai sosial seperti keramahan dan gotong royong masih terpelihara dengan baik di tengah masyarakat.

Penduduk Desa Mentoro menunjukkan keterbukaan dan keramahan, terutama dalam menyambut wisatawan. Kondisi ini membantu desa dalam menjaga hubungan sosial yang erat, meskipun gaya hidup modern mulai memengaruhi sebagian besar masyarakat. Kehadiran wisatawan memberikan dampak ekonomi positif, tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai sosial yang telah diwariskan.

Meskipun masyarakat desa ini terpapar budaya konsumerisme, mereka tetap mempertahankan solidaritas sosial. Gotong royong masih menjadi ciri khas yang menonjol di dalam keseharian masyarakat.

Baca Juga
Civitas Akademika SMA Negeri 1 Jatinangor Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-54 kepada KDM

Desa Temuwuh: Tantangan Budaya Konsumerisme dan Erosi Nilai Sosial

Di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Timur, Desa Temuwuh menghadapi tantangan yang lebih berat. Akses internet yang luas serta posisi strategis sebagai jalur lintas provinsi membuat masyarakat lebih mudah terpapar gaya hidup konsumerisme. Dampak dari paparan ini paling terasa di kalangan anak muda.

Kaum muda di Desa Temuwuh cenderung mengejar barang-barang mewah, seperti motor besar. Beberapa di antara mereka bahkan terjerumus ke dalam kegiatan ilegal demi mendapatkan barang prestisius. Hal ini tidak hanya menunjukkan peningkatan budaya konsumerisme, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap nilai sosial yang selama ini dijunjung tinggi, seperti gotong royong dan solidaritas.

Berbeda dengan kaum muda, generasi lansia di desa ini masih teguh memegang nilai-nilai tradisional. Mereka aktif dalam berbagai kegiatan adat dan berusaha mempertahankan gotong royong di tengah-tengah arus perubahan. Namun, erosi nilai sosial di kalangan generasi muda semakin terlihat, menggerus tradisi kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat desa.

Kesimpulan: Menjaga Nilai-Nilai Sosial di Tengah Konsumerisme

Dari hasil penelitian ini, jelas bahwa budaya konsumerisme memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap nilai-nilai sosial di ketiga desa tersebut. Desa Wonodadi dan Desa Mentoro berhasil menjaga kebersamaan sosial meski berada di lingkungan yang berbeda, sedangkan Desa Temuwuh menghadapi tantangan lebih besar dengan meningkatnya budaya konsumerisme yang merusak nilai-nilai sosial, terutama di kalangan generasi muda.

Penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk terus mengedepankan nilai-nilai sosial yang baik. Tradisi seperti gotong royong, keramahan, dan solidaritas perlu dijaga dan ditransmisikan ke generasi berikutnya. Langkah-langkah untuk menekan dampak negatif budaya konsumerisme dapat diambil dengan memperkuat identitas budaya lokal dan mengutamakan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian nilai-nilai luhur.

Penulis: Windy Yulianti
Magister Manajemen Inovasi, Universitas Teknologi Digital Bandung

Related posts

Leave a Comment

* By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.