Pegiat lingkungan Ketua Yayasan Panata Giri Raharja, Eyang Memet, saat ditemua awak infoburinyay, di Blok Malaberes, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Kamis 17 Oktober 2024
Pasirjambu, Info Burinyay – Tanaman endemik Jawa Barat kini semakin sulit ditemukan. Banyak dari generasi muda mungkin belum mengenal tanaman-tanaman khas daerah ini. Salah satu contohnya adalah pohon saninten, yang kian jarang terlihat.
Eyang Memet, tokoh lingkungan sekaligus Ketua Yayasan Panata Giri Raharja Kabupaten Bandung, menyoroti masalah ini. Dalam sebuah wawancara dengan Reporter Infoburinyay, Lily Setiadarma, yang berlangsung di Blok Malaberes, kawasan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, pada Kamis (17/10/2024), Eyang Memet menjelaskan keprihatinannya terkait hilangnya informasi tentang keanekaragaman hayati lokal.
“Di wilayah Jawa Barat ini, kita kehilangan informasi dan sulit mengakses beragam jenis tanaman endemik atau khas. Ini menjadi semacam obsesi bagi saya untuk menghimpun kembali tanaman-tanaman langka tersebut,” ungkap Eyang Memet.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa di area seluas 4 hektare ini, ia berupaya mengumpulkan berbagai jenis tanaman langka yang kini sulit ditemukan. Hingga saat ini, sebanyak 136 jenis tanaman sudah ditanam, dan jumlah ini akan terus bertambah setiap bulan.
“Mudah-mudahan area ini dapat menjadi laboratorium hidup agar generasi mendatang dapat memahami kekayaan hayati Jawa Barat,” tambahnya.
Beberapa jenis tanaman yang telah dikumpulkan di antaranya adalah saninten, ganitri, brokoli, hingga pohon kina. Eyang Memet menegaskan pentingnya pelestarian pohon kina, yang juga menjadi simbol Kabupaten Bandung sebagai lambang kesuburan. Pohon ini harus dilindungi agar klasternya tetap terjaga. Selain itu, terdapat juga berbagai jenis tanaman seperti ekalitus, platyvilla, ekalitus rainbow, huru, jamuju, hantap, mareme, secang, dan nyatoh.
“Kami berharap tempat ini dapat menjadi sumber edukasi, baik bagi mahasiswa, pelajar, maupun para aktivis yang ingin mempelajari keanekaragaman hayati di Jawa Barat. Insya Allah, ini akan menjadi bekal penting bagi kita semua,” jelas Eyang Memet.
Tidak hanya fokus pada tanaman langka, Eyang Memet juga menekankan pentingnya mempertahankan kaidah konservasi dalam praktik pertanian. Menurutnya, penanaman komoditi pertanian tidak harus mengabaikan aspek konservasi. Ia menguraikan bagaimana jarak tanam antar pohon dapat diatur sehingga masih memungkinkan untuk menanam tanaman pertanian di antaranya.
“Di sini, jarak antar pohon sekitar 5 meter, dan pada jarak tersebut, kita bisa menanam berbagai komoditi seperti cabai rawit, brokoli, engkol, dan bawang merah. Konsep agroforestry ini memadukan kehutanan, pertanian, dan perkebunan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Eyang Memet menyampaikan bahwa di Malaberes terdapat hutan yang juga harus dijaga.
“Di daerah ini, terdapat potensi besar dari pohon induk yang ada. Saat ini, kami telah berhasil mengembangkan sekitar 30 jenis tanaman endemik, dan jumlah ini akan terus bertambah. Harapan kami, wilayah ini dapat menjadi pusat pelatihan untuk penangkaran bibit dan pengenalan keanekaragaman hayati,” ujar Eyang Memet.
Dalam jangka panjang, Eyang Memet berharap area ini dapat berkembang menjadi destinasi wisata edukasi. “Ini adalah upaya kami untuk melawan lupa, mengingatkan kembali potensi yang ada di Jawa Barat. Kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda, sadar akan kekayaan alam yang ada di sekitar mereka,” pungkasnya.
Sementara itu, Agung Maulana, perwakilan Divisi HSE PT Geo Dipa Energi Unit Patuha, yang turut hadir dalam kunjungan tersebut, memberikan apresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh Eyang Memet.
“Hari ini, kami berkunjung ke lokasi keanekaragaman hayati milik Panatagiri Raharja yang dikelola oleh Eyang Memet. Di sini luar biasa, ada 131 tanaman endemik Indonesia yang dikumpulkan dari berbagai daerah. Beberapa di antaranya bahkan berstatus langka. Kami sangat mengapresiasi upaya konservasi ini,” kata Agung.
Ia juga menambahkan bahwa konsep agroforestry yang diterapkan di area ini sangat terpadu.
“Selain menanam tanaman langka, di sini juga terdapat tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai food estate. Tidak banyak tempat seperti ini di Indonesia. Kami selalu mendukung upaya-upaya konservasi yang dilakukan,” tutup Agung.
Dengan adanya Blok Malaberes sebagai pusat konservasi dan edukasi keanekaragaman hayati, diharapkan kawasan ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi pelestarian lingkungan dan pendidikan bagi generasi penerus.
Rancabali, Info Burinyay - Liburan panjang kembali menghidupkan sektor pariwisata di wilayah Bandung Selatan. Para…
Ciparay, Info Burinyay – Sebanyak 33 anak mengikuti tasyakuran khitanan massal di Pondok Pesantren Al…
Ciwidey, Info Burinyay — Pemerintah Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, terus meningkatkan pembangunan infrastruktur…
Bandung, Info Burinyay — Para Guru Bimbingan Konseling (BK) dari berbagai SMA di Kota Bandung…
Oleh: Sultan Patrakusumah VIII Trust of Guarantee Phoenix INA-18 Tasikmalaya - Dalam beberapa bulan terakhir,…
Rancaekek, Info Burinyay – Jajaran Polsek Rancaekek mengambil langkah tegas untuk meningkatkan disiplin dan keamanan…
This website uses cookies.
Leave a Comment