Tasikmalaya, Info Burinyay – Rohidin berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul “Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya di Kabupaten Tasikmalaya” . Dalam sidang tesis Program Pascasarjana STIA YPPT Priatim Tasikmalaya, ia menunjukkan kemampuan yang mengesankan. Nilai 83,5 atau predikat B+ yang diterimanya mencerminkan keberhasilan tersebut. Para penguji, yaitu Dr. Astri Siti Fatimah, S.Sos., M.Si., Prof. Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si., serta Dr. H. Agus Fatah Hidayat, S. IP., M.Si., memberikan penilaian positif atas presentasi dan analisisnya.
Pada momen ini, Rohidin menyampaikan rasa terima kasihnya. Ia secara khusus berterima kasih kepada dosen pembimbingnya, Dr. Astri Siti Fatimah, S.Sos., M.Si., dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Administrasi Negara, Dr. Drs. H. Basuki Rahmat, M.Si. Menurutnya, dukungan yang diberikan para pembimbing sangat berarti dalam penyelesaian tesis tersebut.
Dorongan untuk Pelestarian Cagar Budaya
Rohidin berharap tesisnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Ia percaya bahwa Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan. Selain itu, ia menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak untuk melestarikan cagar budaya.
Menurut Rohidin, “Tasikmalaya menyimpan beragam potensi wisata, mulai dari wisata religi, budaya, alam, hingga pertanian dan peternakan. Semua ini perlu dikelola dengan lebih serius untuk memberikan manfaat besar bagi masyarakat.”
Ia juga menegaskan bahwa keberadaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 memberikan landasan hukum yang kuat. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah nyata untuk mengoptimalkan pemanfaatan izin ini.
Strategi untuk Menerjemahkan Wisata Cagar Budaya
Rohidin menawarkan sejumlah langkah strategi untuk mengembangkan potensi wisata di Tasikmalaya.
- Peningkatan Infrastruktur
Pemerintah, menurut Rohidin, perlu memperbaiki akses jalan menuju lokasi cagar budaya. Selain itu, fasilitas seperti tempat parkir, toilet, dan informasi area juga harus disediakan untuk mendukung kenyamanan wisatawan. - Mempromosikan Sejarah Lokal
Ia menekankan pentingnya mengemas cerita sejarah lokal dengan cara yang menarik. Replika, diorama, dan multimedia dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan sejarah kepada masyarakat luas. - Mengintegrasikan Sejarah dalam Pendidikan
Rohidin menganjurkan agar pelajaran tentang sejarah lokal masuk ke dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, anak-anak dapat memahami pentingnya pelestarian cagar budaya sejak dini. - Belajar dari Kota Lain
Ia mengajak pemerintah untuk belajar dari Yogyakarta dan Solo. Kedua kota ini, kata Rohidin, berhasil menjadikan situs bersejarah sebagai daya tarik wisata yang mendunia. - Memanfaatkan Potensi Ekonomi Wisata
Rohidin menyoroti dampak ekonomi positif yang dihasilkan oleh pariwisata. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, sektor perdagangan dan jasa dapat berkembang lebih pesat. Selain itu, wisata juga membuka peluang kerja bagi masyarakat lokal.
Pelajaran dari Wisata Religi Dunia
Dalam presentasinya, Rohidin memberikan contoh keberhasilan wisata religi di Mekkah dan Madinah. Menurutnya, keberadaan Ka’bah, Jabal Nur, dan Makam Nabi Muhammad telah menarik jutaan wisatawan dari berbagai negara. Pemerintah Arab Saudi memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan devisa negara.
Ia percaya bahwa Tasikmalaya juga bisa belajar dari kesuksesan tersebut. Banyak situs sejarah di Tasikmalaya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Dengan promosi yang tepat, tempat-tempat ini dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Mewujudkan Tasikmalaya sebagai Destinasi Wisata Unggulan
Dalam pandangan Rohidin, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sejarawan menjadi kunci keberhasilan. Ia menyarankan pemerintah untuk mendokumentasikan seluruh situs bersejarah yang ada, baik dalam bentuk buku, film dokumenter, maupun aplikasi digital. Selain itu, informasi ini dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Ia juga menyarankan pembuatan replika atau miniatur situs bersejarah sebagai bahan edukasi. Generasi muda, menurut Rohidin, harus memahami sejarah lokal agar dapat melanjutkan upaya pelestarian di masa depan.
“Cagar budaya adalah aset yang sangat penting. Kita harus menjaga dan memanfaatkannya secara maksimal agar memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya bagi semua pihak,” tegas Rohidin.
Selain itu, ia menekankan pentingnya promosi wisata melalui media sosial dan platform digital. Dengan cara ini, informasi tentang potensi wisata di Tasikmalaya dapat menjangkau audiens yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Melalui tesisnya, Rohidin menunjukkan bahwa Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan. Dengan pengelolaan yang baik, pelestarian cagar budaya tidak hanya akan melestarikan warisan sejarah, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat. Ia optimis bahwa kerja sama semua pihak dapat mewujudkan visi ini.