Yayasan Leuweung Sabilulungan menggelar Rapat Evaluasi dan Koordinasi Teknis 2025 pada Kamis, 16 Januari 2025.
Ciparay, Info Burinyay – Yayasan Leuweung Sabilulungan menggelar Rapat Evaluasi dan Koordinasi Teknis 2025 pada Kamis, 16 Januari 2025. Acara berlangsung di Gedung Graha Wirakarya, Jalan Raya Laswi No. 746, Desa Manggungharja, Ciparay, Kabupaten Bandung.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan serta menyusun rencana kerja ke depan, khususnya terkait konservasi lingkungan dan penanganan lahan kritis di wilayah Kabupaten Bandung.
Dr. H. Dadang M. Naser, S.H., S.I.P., M.I.Pol., Anggota DPR RI Komisi IV, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya rapat ini. Menurutnya, momen tersebut menjadi ajang penting untuk mengevaluasi berbagai aktivitas Yayasan Leuweung Sabilulungan sekaligus merancang rencana reorganisasi.
“Alhamdulillah, rapat evaluasi dan koordinasi teknis ini telah berjalan lancar di Kampus Wirakarya. Selain mengevaluasi kegiatan sebelumnya, rapat ini juga bertujuan menyusun kepengurusan baru. Kita berupaya mengaktifkan kembali yayasan setelah beberapa tahun vakum akibat pandemi COVID-19 dan wafatnya Ketua Umum, Bapak Imam Hermanto,” ujar Dadang.
Dalam rapat tersebut, telah dibentuk tim formatur yang bertugas menyusun struktur kepengurusan baru. Selanjutnya, yayasan juga berencana membantu pemerintah dalam penanganan lahan-lahan kritis di kawasan Bandung Selatan dan Bandung Utara. Fokus utama meliputi pemulihan lahan yang rusak akibat alih fungsi yang tidak terkontrol serta penanaman kembali hutan yang gundul.
“Kita semua memiliki tanggung jawab besar terhadap lingkungan. Beberapa kawasan hutan konservasi yang rusak perlu segera dipulihkan untuk kesejahteraan bersama. Dengan semboyan ‘Leuweung Ruksak, Rakyat Balangsak; Leuweung Hejo, Rakyat Ngejo,’ mari kita bergandengan tangan menjaga lingkungan demi keberlanjutan generasi mendatang,” tambah Dadang.
Drs. H. Bambang Budhi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Dewan Pengawas Yayasan, menekankan perlunya pengaktifan kembali Yayasan Leuweung Sabilulungan.
“Kerusakan lingkungan semakin parah, khususnya di Bandung Utara. Karena itu, yayasan ini harus segera diaktifkan kembali. Dengan pengalaman dan dukungan Bapak Dadang M. Naser sebagai legislator Komisi IV DPR RI, saya yakin yayasan ini dapat berperan lebih aktif,” tutur Bambang.
Eyang Memet, seorang pegiat lingkungan hidup, turut memberikan apresiasi terhadap upaya menghidupkan kembali Yayasan Leuweung Sabilulungan. Menurutnya, kegiatan ini adalah momentum untuk mengingat kembali perjuangan awal mendirikan yayasan sebagai respons terhadap kebijakan sentralisasi kehutanan oleh pemerintah pusat.
“Yayasan ini lahir dari semangat kolektif untuk melindungi hutan sebagai parameter nilai-nilai peradaban dan sakralitas. Kehutanan tidak hanya menjadi urusan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah alih fungsi lahan yang merugikan ekosistem,” jelas Memet.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan berbagai pihak, termasuk Perhutani, PTPN, BKSDA, serta perusahaan swasta. Kolaborasi ini dianggap penting, terutama untuk menjaga wilayah hulu di Bandung Selatan yang menjadi sumber daya air utama.
Sebagai upaya mendukung langkah pemerintah, yayasan juga berencana mengawal implementasi Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Wilayah Bandung Selatan, seperti Pangalengan, Kertasari, dan Ciwidey, menjadi prioritas karena merupakan wilayah hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum.
“Kawasan ini sangat vital. Selain sebagai sumber daya air, wilayah ini juga berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa konservasi lingkungan berjalan optimal,” imbuh Memet.
Hasil rapat juga menyepakati beberapa langkah strategis ke depan. Pertama, yayasan akan melakukan reorganisasi untuk memperkuat kepengurusan dan memperjelas peran setiap anggota. Kedua, identifikasi permasalahan lingkungan akan menjadi fokus utama, terutama terkait kerusakan hutan, lahan kritis, dan ancaman alih fungsi lahan.
Ketiga, yayasan berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi lokal melalui pendekatan kearifan lokal. “Kita harus memastikan masyarakat Kabupaten Bandung tidak hanya menjadi penonton. Potensi lokal harus dimanfaatkan secara maksimal melalui kolaborasi yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat,” ujar Dadang.
Selain isu lingkungan lokal, Yayasan Leuweung Sabilulungan juga akan fokus pada dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem. Dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yayasan berencana mendukung program penurunan emisi karbon dan peningkatan kualitas udara.
“Perubahan iklim adalah tantangan global yang harus kita tangani bersama. Yayasan ini akan menjadi wadah untuk menyelaraskan berbagai aspirasi dan potensi, baik dari masyarakat maupun pihak terkait lainnya. Dengan demikian, upaya pelestarian lingkungan dapat berjalan efektif,” tutup Memet.
Melalui rapat ini, Yayasan Leuweung Sabilulungan bertekad menjadi motor penggerak dalam pelestarian lingkungan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan swasta, diharapkan Kabupaten Bandung dapat menjadi contoh nyata dalam upaya menjaga kelestarian alam.
Rancabali, Info Burinyay - Liburan panjang kembali menghidupkan sektor pariwisata di wilayah Bandung Selatan. Para…
Ciparay, Info Burinyay – Sebanyak 33 anak mengikuti tasyakuran khitanan massal di Pondok Pesantren Al…
Ciwidey, Info Burinyay — Pemerintah Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, terus meningkatkan pembangunan infrastruktur…
Bandung, Info Burinyay — Para Guru Bimbingan Konseling (BK) dari berbagai SMA di Kota Bandung…
Oleh: Sultan Patrakusumah VIII Trust of Guarantee Phoenix INA-18 Tasikmalaya - Dalam beberapa bulan terakhir,…
Rancaekek, Info Burinyay – Jajaran Polsek Rancaekek mengambil langkah tegas untuk meningkatkan disiplin dan keamanan…
This website uses cookies.
Leave a Comment