Info Burinyay
Opini

Budak Angon dan Budak Janggotan: Simbol Kebangkitan Peradaban Sunda dalam Pandangan Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII

Pic Ilustrasi Budak Angon Simbol Kebangkitan Peradaban Sunda

Tasikmalaya, Info Burinyay – Dalam khasanah budaya Sunda, kisah Budak Angon dan Budak Janggotan memiliki makna yang sangat mendalam. Menurut Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII Trust Of Guarantee Phoenix Ina 18, kedua tokoh ini bukan sekadar figur biasa. Mereka mencerminkan harapan akan lahirnya manusia pinunjul, yaitu manusia unggul yang akan memimpin kebangkitan peradaban Sunda menuju kejayaan baru. Dengan demikian, kita perlu memahami makna tersembunyi yang ada di balik sebutan Budak Angon dan Budak Janggotan tersebut.

Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa istilah Budak Janggotan tidak dapat dimaknai secara harfiah. Jika sekadar berjanggut, tentu sangat banyak orang Indonesia yang memilikinya. Namun, dalam konteks ini, Budak Janggotan adalah simbol dari sosok yang memiliki keistimewaan. Ia adalah manusia pilihan yang membawa cahaya penerang bagi negeri. Dengan kata lain, Budak Janggotan melambangkan figur yang memimpin dengan kebijaksanaan dan keteladanan moral tinggi.

Sementara itu, Budak Angon juga menyimpan filosofi yang mendalam. Ia bukan sekadar penggembala dalam pengertian harfiah, melainkan pemimpin yang mampu menggembalakan umat menuju jalan kebenaran. Sosok ini memiliki kesadaran tinggi akan fitrah dan sunnah sebagai manusia sejati. Karena itulah, Budak Angon dipandang sebagai lambang kesucian diri yang senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII Trust Of Guarantee Phoenix Ina 18 menegaskan bahwa kedua tokoh ini mencerminkan sinyalemen akan lahirnya manusia pinunjul. Manusia ini muncul dari gerakan kesadaran diri, yang kembali kepada nilai-nilai dasar kemanusiaan. Tidak hanya itu, manusia pinunjul juga tampil sebagai kholifah Parahiyangan. Dengan kata lain, ia menjadi pemimpin spiritual sekaligus pemimpin moral bagi masyarakat Sunda dan dunia.

Baca Juga
Tokoh Kecamatan Rancaekek Ajak Masyarakat Dukung Program Bandung Menawan

Sang Nalendra, sebagai tokoh sentral dalam narasi ini, juga memiliki peranan sangat penting. Beliau dikenal sebagai manusia pinunjul pada zamannya. Dengan pandangan yang luas serta ketaatan tinggi pada ajaran budi pekerti, Sang Nalendra senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Penguasa Alam. Setiap petuah atau wangsit yang disampaikan berasal dari hasil semedi yang mendalam. Dengan penuh ketulusan, ia memohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi agar mendapatkan gambaran masa depan Pajajaran.

Dalam kata-kata yang diucapkan Sang Nalendra, terdapat isyarat bahwa Pajajaran akan bangkit kembali. Namun, kebangkitan ini bukanlah kebangkitan biasa. Ini adalah kebangkitan dalam era peradaban baru yang lebih sempurna. Tata nilai dan sistem budaya Sunda akan mengalami rekonstruksi, kembali ke fitrah aslinya. Hal ini menguatkan pandangan bahwa Sunda adalah Pajajaran, dan Pajajaran adalah Sunda, dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Selain itu, kedua tokoh manusia pinunjul ini juga disebut sebagai perwujudan dari dua ayat kehidupan. Budak Angon disebut sebagai Ayatullah Kauniyah, yang berarti ayat alam semesta. Sementara itu, Budak Janggotan disebut Ayatullah Qauliyah, atau ayat yang tersurat dalam wahyu. Kedua tokoh ini membawa pesan spiritual yang sangat dalam. Mereka menunjukkan bahwa pusat kekuatan sejati terletak pada kesucian diri manusia itu sendiri.

Lebih lanjut, tokoh-tokoh ini menggambarkan manusia yang mampu berpikir jernih dengan hati yang bersih. Mereka tidak hanya berbuat ikhlas, tetapi juga berkarya demi kebaikan umat. Sebagai pengayom dan pelindung rakyat, mereka menjadi penerang dalam kegelapan. Mereka membimbing manusia agar hidup dalam harmoni, dengan prinsip silih asah, silih asih, dan silih asuh. Semua ini mencerminkan kemurnian ajaran Siliwangi yang sejati.

Menurut Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII Trust Of Guarantee Phoenix Ina 18, isyarat ini bukan sekadar wacana kosong. Wangsit Siliwangi secara tegas menyiratkan bahwa Sunda akan menjadi pusat rekonstruksi peradaban manusia secara global. Lebih dari itu, kebangkitan Sunda akan bersifat universal, global, holistik, dan suci. Dengan demikian, Sunda diharapkan mampu memimpin dunia menuju keadilan dan kesejahteraan umat manusia.

Baca Juga
Peraturan Bupati Tasikmalaya No. 65 Tahun 2023: Menghambat Implementasi Undang-Undang dan Perda Terkait Cagar Budaya

Yang menarik, kebangkitan Sunda bukan hanya soal individu, tetapi merupakan kesadaran kolektif. Dunia akan memandang Sunda sebagai induk generasi sekaligus pusat peradaban. Inilah sebabnya mengapa petunjuk dalam wangsit tersebut harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena hanya dengan menjalankan ajaran tersebut, kita dapat mewujudkan harapan besar ini.

Sebagai penutup, Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII Trust Of Guarantee Phoenix Ina 18 mengingatkan kita semua agar memahami dengan seksama petunjuk-petunjuk leluhur. Kita harus menjaga kesucian diri, menghidupkan kembali nilai-nilai budaya Sunda, dan mempersiapkan diri menyambut kebangkitan peradaban Sunda yang luhur. Dengan demikian, kita akan mampu mewujudkan kejayaan Sunda dalam panggung dunia, sebagaimana yang telah digariskan dalam wangsit leluhur.

Related posts

Leave a Comment

* By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.