Oleh: Hj. Dea Mardiyanti, SH., M.H., CR., BC
Pada zaman kejayaannya, kerajaan-kerajaan kuno tidak hanya dikenal karena kekuatan militer atau kekayaan ekonomi, tetapi juga karena sistem pemerintahan yang berbasis nilai-nilai luhur. Konsep “negara beradab” ini dibangun di atas prinsip keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang, dengan raja sebagai penjaga moral dan struktur pemerintahan yang terorganisir. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana kerajaan-kerajaan seperti Majapahit, Abbasiyah, dan Ashoka menerapkan filosofi ini, serta relevansinya bagi tata kelola modern.
Nilai-nilai luhur menjadi fondasi utama pemerintahan kerajaan. Keadilan diwujudkan melalui hukum yang tidak pandang bulu, sementara kesetaraan tercermin dalam hak rakyat untuk hidup layak. Kasih sayang diekspresikan melalui kebijakan yang memprioritaskan kesejahteraan masyarakat.
Contoh Kerajaan:
Raja tidak hanya penguasa, tetapi juga simbol kebajikan. Di Jawa, konsep Ratu Adil menggambarkan pemimpin yang hidup sederhana dan mendengarkan keluhan rakyat. Kisah Hayam Wuruk dari Majapahit, yang melakukan royal tour untuk memastikan kebijakannya tepat sasaran, menjadi contoh nyata.
Kerajaan kuno memiliki struktur birokrasi yang kompleks namun efisien. Contoh:
Raja dianggap sebagai wakil dewa (konsep Devaraja) atau khalifah (dalam Islam), yang bertanggung jawab secara moral kepada rakyat dan Tuhan. Contoh:
Raja kerap melakukan dialog langsung dengan rakyat melalui sidang terbuka. Di Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda dikenal sering berkunjung ke pasar untuk memantau harga kebutuhan pokok.
Meskipun berkuasa mutlak, raja dibatasi oleh nilai-nilai etis. Di Eropa, Magna Carta (1215) membatasi kekuasaan Raja John dari Inggris, sementara di Jepang, Bushido (kode samurai) mengikat shogun pada prinsip kehormatan.
Korupsi dan kesenjangan sosial sering terjadi ketika nilai luhur diabaikan. Kisah runtuhnya Majapahit karena perebutan kekuasaan mengingatkan pentingnya integritas pemimpin.
Kerajaan-kerajaan masa lalu membuktikan bahwa pemerintahan yang beradab lahir dari kombinasi nilai luhur, struktur jelas, dan pemimpin berintegritas. Meski tidak sempurna, warisan mereka menjadi cermin bagi era modern: negara kuat bukan hanya yang kaya, tetapi yang menjunjung keadilan dan empati. Seperti kata Bijak dari Kitab Nitisastra: “Negara akan jaya jika pemimpinnya menjadi pelita dalam kegelapan.”
Artikel ini menggabungkan bukti sejarah, filsafat, dan analisis struktural untuk menunjukkan bahwa konsep “negara beradab” bukanlah utopia, melainkan realitas yang pernah diwujudkan oleh nenek moyang kita. Nilai-nilai ini tetap relevan sebagai kompas bagi kepemimpinan abad ke-21.
Ciwidey, Info Burinyay — Anggota DPD RI Komite II Bidang Pertanian, Alfiansyah Bustami atau yang…
Ciwidey, Info Burinyay – Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) kembali berjalan sukses di Kabupaten…
Soreang, Info Burinyay — Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kabupaten Bandung akan…
Garut, Info Burinyay — Pemerintah Kabupaten Garut mengambil langkah konkret dalam mendukung Sensus Ekonomi 2026.…
Soreang, Info Burinyay - Konflik soal pembagian sertifikat program PTSL di Desa Rawabogo memicu sorotan…
Baleendah, Info Burinyay - SMA KP Baleendah menggelar kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) seleksi masuk Akpol,…
This website uses cookies.
Leave a Comment