Strategi NATO di Asia Tenggara: Ancaman Tersembunyi bagi Kedaulatan?* (photo-ilustrasi)
Oleh: ROHIDIN, SH., MH., M.Si.
Sultan Patrakusumah VIII – Trustee Guarantee Phoenix INA 18
Dalam kondisi global yang semakin tegang, kehadiran NATO di sekitar Asia Tenggara mengundang perhatian serius. Indonesia tidak lepas dari sorotan organisasi militer ini. NATO bergerak bukan hanya dalam kapasitas pertahanan. Ia juga memainkan peran penting dalam deteksi awal konflik dan pemetaan posisi politik negara-negara non-anggota.
Banyak pihak menyambut kunjungan NATO sebagai bagian dari kerja sama internasional. Namun, berdasarkan informasi di lapangan dan hasil koordinasi dengan sejumlah sumber, kehadiran ini menyimpan kepentingan tersembunyi. NATO tampaknya tidak sekadar hadir sebagai pemantau. Ia datang membawa misi geopolitik yang lebih dalam.
NATO kerap menyebut dirinya sebagai aliansi netral. Namun, kenyataan di lapangan memperlihatkan hal yang berbeda. Amerika Serikat mendominasi hampir seluruh pengambilan keputusan dalam organisasi ini. Oleh sebab itu, kehadiran NATO sering kali mencerminkan arah kebijakan luar negeri Washington.
Amerika sedang mengalami penurunan citra di berbagai kawasan. Negara itu kini berupaya mempertahankan hegemoninya melalui kekuatan aliansi. Dalam situasi seperti ini, Indonesia menjadi penting. Sebagai negara nonblok yang strategis, posisi Indonesia perlu dipantau.
Melalui NATO, Amerika ingin mengetahui arah keberpihakan negara-negara netral. Informasi ini dibutuhkan untuk menyusun strategi pertahanan dan rekonfigurasi kekuatan global.
Sebagian besar media nasional dan internasional tidak menggambarkan situasi secara utuh. Mereka hanya menampilkan kondisi global dalam narasi yang aman dan normatif. Padahal, kenyataan di balik layar jauh lebih serius. Barat dan Eropa kini sedang menyiapkan skenario darurat untuk menghadapi potensi konflik besar.
Rusia, sebagai pesaing utama NATO, telah mengaktifkan jalur diplomasi strategisnya. Negara itu mulai memanggil para menteri pertahanan dari negara-negara mitra. Tujuannya sangat jelas: menyusun langkah intervensi jika konflik meletus sewaktu-waktu.
Dengan dukungan Iran sebagai pemasok utama bahan nuklir, Rusia memperkuat barisan sekutunya. Keadaan ini memperlihatkan bahwa peta kekuatan dunia terus bergerak.
Selain NATO dan Rusia, dunia juga harus menghadapi kekuatan lain. Komunisme dan zionisme telah lama beroperasi di belakang panggung politik dunia. Kedua organisasi ini memiliki jaringan ekonomi, media, hingga sistem pendidikan global. Mereka kerap mengatur skenario konflik dan menciptakan ketidakstabilan untuk kepentingan mereka sendiri.
Indonesia berada di tengah tarikan dua kekuatan besar ini. Jika tidak bersikap waspada, kita bisa terseret dalam konflik ideologis yang menghancurkan. Oleh karena itu, pemerintah harus bersikap aktif dalam melindungi kepentingan nasional.
Dalam situasi seperti sekarang, Indonesia tidak boleh bersikap ambigu. Kita harus mengambil posisi strategis tanpa menyerahkan kedaulatan. Pemerintah, militer, dan masyarakat sipil harus menyadari bahwa kekuatan global sedang membentuk ulang poros dunia.
Jika Indonesia tetap pasif, negara ini bisa dimasuki berbagai kepentingan asing. Mereka akan hadir melalui bantuan, pelatihan militer, atau kerja sama intelijen. Semua bentuk kerja sama itu perlu diawasi ketat. Jangan sampai negara ini menjadi alat dari pihak luar.
Meski belum terlihat secara eksplisit, dunia sedang bergerak ke arah konflik terbuka. Kekuatan besar terus melakukan konsolidasi. Mereka menyusun strategi, menyebar pengaruh, dan menciptakan tekanan psikologis melalui media.
Masyarakat global mulai kehilangan kepercayaan pada sistem internasional. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada skenario besar yang sedang berjalan. Indonesia perlu membangun kesadaran kolektif di tengah masyarakat agar tidak terprovokasi oleh narasi luar.
Untuk menjaga kedaulatan, Indonesia harus menguatkan sistem pertahanan dalam negeri. Hal ini tidak hanya mencakup kekuatan militer. Lebih dari itu, kita harus memperkuat ekonomi, pendidikan, teknologi, dan identitas kebangsaan.
Pemerintah perlu menggandeng akademisi, tokoh masyarakat, dan komunitas digital dalam membangun kesadaran geopolitik. Kita juga harus mengembangkan sistem intelijen nasional yang mampu mengantisipasi pengaruh luar.
Dunia sedang berada di persimpangan sejarah. Pilihannya hanya dua: bangkit sebagai bangsa merdeka atau tenggelam sebagai alat kekuatan asing. NATO mungkin datang dengan wajah ramah, tetapi di baliknya terdapat agenda besar yang perlu dicermati.
Indonesia harus bangkit dari tidur panjang. Negara ini tidak boleh menjadi korban skenario geopolitik global. Kita harus menegakkan kembali prinsip kemandirian nasional dan memperkuat pertahanan dalam segala aspek. Hanya dengan cara ini kita bisa bertahan di tengah arus kekuatan global yang semakin menguat.
Cicalenga, Info Burinyay -Yayasan TIGABE (Berbagi, Berdaya, Berkarya) terus menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan. Pada…
Bandung, Info Burinyay — Menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, PCNU Kota Bandung menggandeng BUMNU…
Rancaekek, Info Burinyay — Final sepak bola BPD Cup IV Kecamatan Rancaekek menyedot perhatian publik…
Rancaekek, Info Burinyay — Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung, Dr. H. Cecep Suhendar, S.Pd.,…
Oleh: Rd. Rohidin, SH., MH., M.Si. Sultan Patra Kusumah VIII Trustee Guarantee Phoenix INA 18…
Oleh: ROHIDIN, SH., MH., M.Si. | Sultan Patrakusumah VIII – Trustee Guarantee Phoenix INA 18…
This website uses cookies.
Leave a Comment