Cicalenga, Info Burinyay -Yayasan TIGABE (Berbagi, Berdaya, Berkarya) terus menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan. Pada Selasa, 1 Juli 2025, yayasan ini menyelenggarakan sosialisasi pengelolaan sampah menuju ekonomi kreatif. Kegiatan tersebut berlangsung di Rumah Edukasi TIGABE, Kampung Jati RT 02 RW 01, Desa Dampit, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Sosialisasi ini sekaligus menjadi bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni. Mengusung tema “Hentikan Polusi Plastik”, kegiatan tersebut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengubah pola pikir terhadap sampah.
Berbagai unsur hadir dalam kegiatan ini. Di antaranya Kepala Desa Dampit Nanang Setiawan, Forkopimcam, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Dispakan), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Kehutanan, DPUTR, Rumah Kreatif, tokoh agama, pemuda, serta lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan.
Ketua Yayasan TIGABE, H. Ahmad Humaidi, SE., menjelaskan bahwa pihaknya mendorong desa-desa agar mampu mengelola sampah secara mandiri. Ia menekankan pentingnya pengelolaan sampah basah agar bernilai guna dan berdampak ekonomi.
“Yayasan TIGABE menggandeng Hikmah Farm untuk memperkenalkan sistem pengolahan sampah berbasis maggot. Kami ingin setiap desa bisa mengubah sampah menjadi peluang ekonomi yang nyata,” ujar Ahmad Humaidi.
Ia menambahkan, pihaknya sudah bekerja sama dengan instansi kehutanan serta dinas perikanan dan peternakan. Kolaborasi ini bertujuan menciptakan sistem pengelolaan lingkungan yang menyeluruh. Sampah organik akan diolah menjadi maggot sebagai pakan alternatif bagi ikan dan unggas.
Menurut Ahmad, hasil pengolahan maggot bisa dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik. Dengan demikian, sampah rumah tangga bisa kembali ke alam dalam bentuk yang bermanfaat. “Kami berharap edukasi ini menyebar ke seluruh kecamatan, terutama wilayah Cicalengka,” tegasnya.
Kepala Desa Dampit, Nanang Setiawan, S.IP., menyambut baik kegiatan tersebut. Ia menilai sosialisasi ini sangat bermanfaat dalam membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Alhamdulillah, kegiatan ini membuka wawasan masyarakat. Saya berharap warga semakin sadar dan peduli terhadap pengelolaan sampah, terutama yang berasal dari rumah tangga,” ucapnya.
Oki Suyatno dari DLH Kabupaten Bandung juga memberikan apresiasi atas inisiatif Yayasan TIGABE. Ia menilai kegiatan tersebut sebagai bentuk kontribusi langsung dari masyarakat dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah saat ini memang menjadi tantangan besar di Kabupaten Bandung. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat bisa mengambil peran nyata. Mereka membangun kesadaran dan berinisiatif memanfaatkan sampah untuk ekonomi kreatif,” ungkap Oki.
Dalam sesi pemaparan lainnya, Anne Triwahyuni dari Dispakan Kabupaten Bandung menjelaskan bahwa budidaya maggot memiliki manfaat besar bagi sektor pangan. Ia menyebutkan, maggot bisa menjadi pakan alternatif yang memiliki kadar protein tinggi.
“Kandungan protein maggot di atas 40 persen. Ini sangat baik untuk pertumbuhan dan kesehatan ikan serta unggas. Kami melihat kegiatan ini sangat selaras dengan upaya peningkatan ketahanan pangan lokal,” kata Anne.
Pengelola TPS3R Desa Dampit, Andri Herdiana, berharap agar kegiatan tersebut tidak berhenti pada sosialisasi saja. Ia mengajak masyarakat dan pihak terkait untuk terus menjalin kerja sama dalam mengolah sampah secara sistematis.
“TPS3R di Desa Dampit sudah berjalan. Tapi saya ingin setelah sosialisasi ini, ada kelanjutan nyata. Kita perlu bersinergi agar pengolahan sampah di desa menjadi lebih optimal,” ujarnya.
Humas Yayasan TIGABE, Uje Fauzi, menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang mendukung kegiatan tersebut. Ia juga menyoroti peran komunitas dan lembaga lain yang turut memberikan dukungan moral maupun logistik.
“Kami berterima kasih kepada Ketua RT, Kepala Desa, dan seluruh panitia. Kami juga mengapresiasi dukungan dari Polunet Sing Indonesia 2030, serta DLH Jawa Barat yang mengirim mobil kampanye lingkungannya. Ini semangat kolaboratif yang harus terus kita jaga,” tuturnya.
Uje berharap, para peserta mulai mempraktikkan pengelolaan sampah dari rumah. Menurutnya, upaya memilah sampah sejak dini menjadi langkah awal menuju perubahan yang besar.
Tokoh pemuda Desa Dampit, Nurholis Sirod, A.Md., menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini. Ia menjelaskan bahwa komunitasnya telah mengolah sampah organik menjadi pakan ternak dan pupuk tanaman.
“Lingkungan bukan hal menjijikkan, tapi justru menjanjikan. Kami sudah mulai mengelola sisa dapur menjadi maggot. Lalu kami gunakan sebagai pakan ayam, bebek, dan lele. Sisa dari maggot pun kami kembalikan ke alam melalui pupuk,” ungkap Nurholis.
Ia juga mengajak generasi muda agar tidak memandang remeh soal sampah. Menurutnya, pengelolaan limbah yang tepat bisa membuka peluang ekonomi baru di tingkat desa.
“Kalau kita tidak sadar dari sekarang, lahan kita yang luas pun lama-lama akan penuh. Mari kita ubah pola pikir dan mulai memilah sampah sejak di rumah. Mari jadikan lingkungan sebagai sumber kehidupan,” ujarnya.
Kegiatan tersebut ditutup dengan aksi simbolis penanaman pohon oleh para peserta. Penanaman ini menjadi wujud komitmen bersama untuk menjaga bumi dan mendorong perubahan positif dari desa.
Melalui kegiatan ini, Yayasan TIGABE berhasil menanamkan nilai edukatif, kolaboratif, dan produktif. Langkah ini juga membuka ruang bagi desa-desa lain untuk mulai mengintegrasikan pengelolaan sampah ke dalam potensi ekonomi lokal. Dengan semangat gotong royong, masyarakat Desa Dampit membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil yang konsisten dilakukan.