Bandung, Info Burinyay — Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk masa depan bangsa. Karena itu, Rizky Prasetya Handani, SE., MM., seorang edukator, entrepreneur, dan aktivis sosial, mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengambil peran lebih besar dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat, kuat, dan inklusif.
Rizky menekankan bahwa pendidikan bukanlah tugas sekolah semata. Ia menyatakan bahwa pembentukan karakter dimulai dari rumah, diperkuat di sekolah, dan dikokohkan oleh masyarakat. Menurutnya, pendidikan bukan sekadar proses akademik, melainkan proses jangka panjang yang membentuk kepribadian dan nilai hidup anak.
Ia menjelaskan bahwa keluarga menjadi titik awal pendidikan anak. Di lingkungan keluarga, anak memperoleh bekal nilai dasar seperti sopan santun, tanggung jawab, kepemimpinan, kedisiplinan, dan integritas. Rizky percaya bahwa pendidikan dengan kasih sayang dan keteladanan akan mencetak pribadi tangguh dan berkarakter.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya peran guru sebagai garda depan pembentuk generasi penerus. Rizky mendorong para pendidik untuk terus memperbarui pendekatan, metode, dan pemahaman terhadap psikologi anak zaman sekarang.
Ia berkata, “Guru harus memahami bagaimana generasi digital berpikir, merasa, dan belajar. Tanpa pemahaman itu, proses pendidikan akan terasa jauh dan tidak relevan.”
Namun, Rizky juga menegaskan bahwa relevansi tidak boleh menjadikan sekolah permisif terhadap penyimpangan. Ia meminta sekolah tetap tegas dalam menjaga nilai dan tujuan pendidikan. “Sekolah bukan tempat menyesuaikan diri dengan tren negatif, tetapi tempat menanamkan nilai positif secara konsisten,” jelasnya.
Ia pun mengajak sekolah dan masyarakat untuk menjaga simbol-simbol pendidikan, termasuk seragam sekolah. Rizky menyoroti fenomena penggunaan seragam sekolah dalam konten media sosial yang mengaburkan makna simboliknya. Ia merasa prihatin ketika seragam sekolah muncul dalam konten hiburan yang tidak mendidik.
“Seragam sekolah mencerminkan identitas, disiplin, dan nilai pendidikan,” tegasnya. “Mari kita hormati simbol ini dengan menggunakannya dalam konteks yang mendukung semangat belajar.”
Karena itu, Rizky menyarankan agar pemerintah dan sekolah menerapkan kebijakan yang lebih ketat terkait penggunaan seragam dalam media sosial. Ia ingin seragam sekolah tampil hanya dalam kegiatan edukatif, seperti lomba, cerdas cermat, pameran keterampilan, dan prestasi pelajar.
Transisi ke dunia digital memunculkan tantangan baru. Oleh karena itu, Rizky mengajak masyarakat untuk mengarahkan media sosial menjadi ruang edukasi, bukan sekadar hiburan. Menurutnya, media sosial kini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, merasa, dan bertindak anak muda.
Ia mengatakan, “Saat ini, generasi muda lebih banyak menyerap informasi dari media sosial. Maka, kita harus pastikan mereka mendapat konten yang sehat dan mendidik.”
Rizky mengusulkan agar konten edukatif lebih banyak diproduksi dan disebarluaskan. Ia menyebut bahwa video pembelajaran, tips keterampilan, diskusi ringan, dan motivasi bisa menjadi bentuk konten yang disukai sekaligus mendidik.
Untuk itu, ia mendorong kolaborasi lintas sektor—guru, orang tua, komunitas, hingga kreator konten—agar bisa menciptakan ekosistem digital yang berpihak pada pendidikan. Ia meyakini bahwa anak-anak akan memilih konten positif jika tersedia dan dikemas menarik.
Dalam pesannya kepada remaja Indonesia, Rizky mengajak mereka untuk terus mengembangkan diri. Ia menyarankan agar mereka menonton, membaca, dan mendengar hal-hal positif. Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari orang tua, guru, dan tokoh agama dalam menemukan jati diri.
“Bangun kebiasaan disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab. Banggakan orang tuamu dengan tindakan nyata, bukan sekadar ucapan,” pesan Rizky.
Kepada para orang tua, Rizky memberikan pengingat penting. Ia meminta mereka menjaga hati anak-anak dan menjauhkan mereka dari luka batin. Ia juga mengingatkan pentingnya keteladanan, karena anak-anak selalu meniru perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menyampaikan, “Gunakan setiap kesempatan untuk memberikan contoh baik. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan rasakan, bukan hanya dari apa yang mereka dengar.”
Rizky juga mengajak pemerintah untuk menyusun kebijakan yang pro-pendidikan karakter. Ia ingin regulasi tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga memperkuat budaya pendidikan, terutama di era digital yang sangat dinamis.
Menurut Rizky, jika semua pihak bergandeng tangan, maka sistem pendidikan Indonesia bisa menghasilkan generasi muda yang cerdas, tangguh, dan bermoral. Ia mengajak semua orang untuk peduli, mulai dari rumah sendiri hingga ruang publik.
“Jika hari ini kita semua peduli, besok anak-anak kita akan memimpin bangsa ini dengan bijak dan bermartabat,” tutupnya.
Melalui pernyataan ini, Rizky Prasetya Handani mengingatkan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Ia menegaskan bahwa masa depan anak-anak Indonesia tidak bisa bergantung pada satu pihak saja. Hanya kolaborasi yang tulus dan komitmen yang kuat yang akan membawa generasi muda menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan.