Menguasai Logistik, Menguasai Dunia Jalan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Global 2045. (photo-ilustrasi-ai)
Oleh: Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII – Trustee Guarantee Phoenix INA 18
Ketahanan pangan kini menjadi isu strategis dalam geopolitik global. Di tengah krisis iklim, pandemi, dan ketegangan antarnegara, pangan berubah menjadi senjata ekonomi dan alat diplomasi baru.
Slogan “Siapa yang menguasai logistik, dia yang menguasai dunia” bukan sekadar peringatan. Ungkapan ini menggambarkan kenyataan bahwa kekuatan logistik akan menentukan siapa yang mengendalikan suplai pangan dunia.
Beberapa negara telah menunjukkan kekuatan mereka dalam produksi dan distribusi pangan global. China, sebagai contoh, mencatatkan nilai produksi pertanian sebesar 1,65 triliun dolar AS. Mereka tidak hanya memberi makan penduduknya yang besar, tetapi juga memainkan peran penting dalam pasar internasional.
India menyusul dengan nilai produksi pertanian sebesar 524,13 miliar dolar AS. Negara ini juga memimpin pasar beras dan lentil di banyak kawasan.
Amerika Serikat memperkuat dominasinya melalui teknologi tinggi dan sistem subsidi. Mereka berhasil menguasai pasar ekspor gandum, jagung, dan daging sapi. Sementara itu, Brasil secara konsisten memproduksi kedelai dan komoditas pangan lainnya dalam jumlah besar untuk kebutuhan global.
Keempat negara ini tidak hanya menanam dan memanen. Mereka merancang sistem distribusi efisien, membangun infrastruktur ekspor, serta menyusun kebijakan pangan yang berpihak pada kemandirian nasional.
Indonesia tidak bisa terus menjadi pasar. Negara ini memiliki tanah subur, iklim tropis, dan sumber daya manusia yang melimpah. Namun, ketergantungan terhadap impor pangan seperti gandum, kedelai, dan bawang putih masih sangat tinggi.
Jika Indonesia tidak mengambil langkah besar, krisis global dapat menghantam kedaulatan nasional. Karena itu, pemerintah telah menyusun visi besar: menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.
Untuk mencapainya, Indonesia harus membalik posisi dari konsumen pasif menjadi produsen aktif. Negara ini perlu memperkuat semua mata rantai produksi dan distribusi pangan — dari hulu ke hilir.
Negara-negara maju sudah membuktikan bahwa teknologi dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan. Mereka memanfaatkan drone, sensor kelembaban, prediksi cuaca digital, dan alat mekanisasi modern.
Indonesia tidak boleh tertinggal. Pemerintah harus mendorong petani untuk menggunakan teknologi baru. Selain itu, lembaga penyuluhan harus mengubah pendekatannya dari metode konvensional ke pelatihan berbasis teknologi.
Jika petani mampu mengoperasikan peralatan canggih, maka produktivitas nasional akan melonjak. Maka dari itu, negara harus menyediakan akses permodalan, pelatihan, dan jaminan pasar bagi petani modern.
Setelah produksi meningkat, distribusi menjadi tantangan berikutnya. Banyak hasil panen lokal tidak sampai ke pasar nasional karena buruknya infrastruktur logistik.
Pemerintah perlu membangun sistem distribusi pangan yang terintegrasi. Gudang penyimpanan modern, pelabuhan pangan, dan transportasi berbasis pendingin wajib hadir di setiap sentra pertanian.
Jika logistik berfungsi optimal, maka petani akan memperoleh harga yang adil. Konsumen pun akan menerima produk dengan harga stabil dan kualitas terjaga. Di sisi lain, efisiensi logistik akan membuka jalan bagi ekspor ke pasar dunia.
Kebijakan publik harus mencerminkan keberpihakan pada sektor pangan nasional. Pemerintah perlu merancang regulasi yang melindungi petani dari fluktuasi harga dan dominasi tengkulak.
Subsidi pertanian harus diberikan kepada pelaku produktif. Insentif ekspor bisa diarahkan kepada produsen yang mampu menjamin kualitas dan kontinuitas pasokan.
Selain itu, Badan Pangan Nasional harus menjalankan fungsi stabilisasi, pemetaan stok, dan intervensi pasar. Kebijakan ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam pasar regional dan global.
Perubahan iklim telah menimbulkan ancaman terhadap pertanian. Banjir, kekeringan, dan hama baru muncul lebih sering dan lebih ganas.
Indonesia harus memperkuat ketahanan lingkungan pertanian. Langkah ini dapat dilakukan dengan konservasi air, rehabilitasi lahan kritis, serta penggunaan benih tahan iklim ekstrem.
Riset dan pengembangan perlu memperoleh dukungan penuh. Pemerintah, kampus, dan industri harus bekerja sama menciptakan solusi pertanian masa depan. Tanpa riset dan adaptasi, sektor pangan akan semakin rentan.
Indonesia berpotensi besar untuk mengisi kekosongan suplai pangan di banyak negara berkembang. Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah mengalami lonjakan permintaan pangan karena krisis domestik.
Dengan membangun sistem logistik yang kokoh dan produksi yang berlimpah, Indonesia bisa menjelma menjadi pemasok terpercaya. Saat dunia menghadapi krisis, Indonesia dapat menawarkan stabilitas dan kepastian pasokan.
Namun, semua itu tidak akan terwujud tanpa kepemimpinan yang berani dan visi jangka panjang. Indonesia harus mengatur panggungnya sendiri dan tidak sekadar menyesuaikan diri dengan peran yang diberikan oleh negara lain.
Pangan bukan hanya soal pertanian. Ia menyangkut kedaulatan, stabilitas nasional, dan posisi dalam geopolitik dunia. Negara yang menguasai logistik pangan akan memegang kendali atas ekonomi dan keamanan regional.
Indonesia memiliki semua modal dasar untuk menjadi kekuatan pangan dunia. Tapi potensi itu tidak akan berguna jika tidak diolah dengan sistem, inovasi, dan strategi yang terukur.
Oleh karena itu, pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat harus membangun kesadaran kolektif. Kita harus menjadikan pangan sebagai prioritas nasional.
Jika semua elemen bangsa bersatu, maka Indonesia akan mengubah nasibnya. Dari negara pengimpor menjadi penyuplai global. Dari negara pasar menjadi negara pengendali.
Dan pada saat itulah, dunia akan menyadari bahwa Indonesia telah menguasai bukan hanya lahannya — tetapi juga logistiknya, pasarnya, dan masa depannya.
Rancaekek, Info Burinyay — Suasana haru dan penuh kebahagiaan menyelimuti keluarga besar Bapak Adv. Agus…
Oleh: ROHIDIN, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII – Trustee Guarantee Phoenix INA 18 Hubungan…
Sumedang, Info Burinyay — Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong peran aktif perguruan tinggi dalam…
Bandung, Info Burinyay - Rangkaian Reuni Emas Alumni Angkatan XI Tahun 1975 APDN Bandung resmi…
Bandung, Info Burinyay — Momen 50 tahun bukan hanya angka usia, tetapi juga bukti kebersamaan…
Bogor, Info Burinyay — Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan tekadnya untuk menjadi provinsi pelopor dalam…
This website uses cookies.
Leave a Comment