Opini

Menemukan Diri Di Tengah Derasnya Dunia : “Tenang” Sebagai Inti Kepemimpinan Modern

Oleh: Rizky Prasetya Handani, S.E., M.M., Entrepreneur |Writer| Author | Social Educator | Active in Several Organizations

Dunia hari ini tidak sedang berjalan. Ia berlari. Setiap menit terasa seperti lomba. Kita dipacu untuk bicara, tampil, dan berlomba menunjukkan kehebatan. Namun, di balik kecepatan itu, ada satu hal yang semakin sulit ditemukan: ketenangan.

Banyak orang hari ini terpesona oleh yang bersinar. Kita melihat pencapaian, gelar, dan popularitas sebagai tanda keberhasilan. Tapi sangat jarang kita diajak merenung. Merenung bahwa mungkin yang paling kita butuhkan saat ini bukan hanya strategi atau kecepatan. Melainkan kejelasan arah. Dan kejelasan itu lahir dari satu kekuatan dalam: ketenangan.

Ketenangan: Kekuatan yang Terlupakan

Selama perjalanan saya di dunia keuangan, kewirausahaan, dan pelatihan sosial, saya menyaksikan satu pola yang berulang. Orang yang tenang lebih mampu menghadapi tekanan. Mereka tidak mudah terguncang. Mereka bisa memproses informasi dengan jernih. Dan yang paling penting, mereka tidak terburu-buru mengambil keputusan.

Sebaliknya, mereka yang reaktif sering jatuh pada keputusan gegabah. Mereka terombang-ambing oleh opini, tren, atau tekanan hasil. Ketenangan membuat seseorang tetap pada jalur, bahkan ketika dunia sedang bergejolak.

Hal ini mengajarkan saya satu hal penting: bahwa tenang bukan berarti diam. Tenang bukan tanda lemah. Tenang justru menunjukkan kedewasaan.

Menghindari Miskonsepsi Tentang Ketenangan

Masih banyak orang yang keliru memahami makna tenang. Ada yang mengira orang tenang itu tidak ambisius. Ada pula yang menyangka orang tenang itu pasif dan lambat. Ini kekeliruan yang perlu diluruskan.

Ketenangan bukan tentang diam tanpa aksi. Justru sebaliknya. Tenang adalah ruang antara stimulus dan respons. Ruang itu memberi kita kekuatan memilih. Apakah kita akan bereaksi atau bertindak dengan penuh kesadaran.

Sebagai ilustrasi, bayangkan seorang nakhoda kapal di tengah badai. Ia tidak bisa menghentikan ombak. Ia juga tak mampu mengubah arah angin. Tapi ia tetap bisa mengatur arah layar. Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan bukan suara keras, tapi pikiran jernih.

Begitu pula dalam hidup dan kepemimpinan. Dunia boleh ramai. Tapi kepala dan hati kita harus tetap tenang.

Ketenangan: Jalan Pulang ke Diri Sendiri

Di era media sosial, distraksi muncul setiap menit. Kita dijejali informasi, perbandingan, dan tekanan untuk terus bergerak. Tak jarang, orang mengejar sesuatu tanpa tahu apa yang mereka cari.

Karena itu, kita perlu kembali ke dalam. Kita perlu diam sejenak dan bertanya: apakah arah yang saya tempuh ini memang milik saya? Atau hanya respons atas tuntutan luar?

Ketenangan memberi kita ruang untuk pulang ke diri sendiri. Ia bukan bentuk penolakan terhadap dunia luar. Tapi upaya untuk menyaring yang benar-benar bermakna.

Melahirkan IMPAKT.ID: Ruang Tenang untuk Bertumbuh

Dari pengalaman pribadi dan perjumpaan dengan banyak orang, saya menemukan bahwa banyak orang bukan tidak mampu. Mereka hanya tidak punya ruang. Ruang untuk tumbuh, merenung, dan menyusun ulang arah hidup.

Karena itu saya mulai membangun komunitas IMPAKT.ID. Sebuah ruang yang saya desain bukan untuk menggurui, tetapi untuk menemani. Tempat siapa pun bisa bertumbuh—dengan tenang dan sadar penuh.

Di komunitas ini, saya membangun fondasi pada tiga pilar utama:

  1. Ketenangan Batin.
    Kita percaya bahwa kekuatan terbesar lahir dari hati yang stabil. Dengan tenang, kita bisa berpikir jernih dan bertindak tepat.
  2. Pertumbuhan Pribadi.
    Belajar adalah proses seumur hidup. Tapi bukan hanya tentang pengetahuan. Kita perlu belajar mengenal diri, memahami emosi, dan memperluas kesadaran.
  3. Kemandirian Ekonomi.
    Tanpa stabilitas finansial, sulit bagi seseorang hadir untuk orang lain. Kami ingin menciptakan ruang di mana orang bisa berdaya, mandiri, dan memberi dampak nyata bagi sekitar.

Ketiga hal ini saling terhubung. Tenang bukan akhir. Ia adalah awal dari arah yang lebih jelas, tindakan yang lebih berdampak, dan hidup yang lebih bermakna.

Pemimpin yang Baru: Mereka yang Menenangkan

Kepemimpinan kini tidak lagi sekadar soal struktur dan strategi. Ia adalah soal kehadiran. Kita perlu pemimpin yang mampu menciptakan suasana tenang di tengah ketidakpastian. Yang bisa mendengar tanpa tergesa. Yang bisa merangkul tanpa harus tampil dominan.

Banyak pemimpin besar dalam sejarah dikenal bukan karena volume suaranya, tetapi karena ketenangan batinnya. Mereka hadir tanpa banyak bicara. Tapi kehadirannya menguatkan orang lain.

Transisinya begini: Pemimpin masa kini bukan hanya mereka yang tampil di depan. Tapi juga mereka yang mampu menenangkan suasana. Yang menjaga ritme. Yang mengingatkan arah ketika tim mulai bimbang.

Dan kabar baiknya, kita semua bisa menjadi pemimpin. Minimal, untuk hidup kita sendiri. Meskipun itu adalah tugas yang tidak mudah. Dunia saat ini mendorong kita menjadi cepat, tapi bukan berarti selalu tepat.

Berani Berhenti untuk Bertanya

Kadang, keberanian terbesar bukan maju, tapi berhenti sejenak. Merenung. Bertanya pada diri sendiri: “Apakah saya masih utuh? Apakah arah saya masih benar?”

Ketenangan memberi ruang untuk itu. Ia membuka pintu ke refleksi. Karena seringkali kita tidak butuh nasihat orang lain. Kita hanya butuh mendengar diri sendiri dengan lebih jujur.

Dan dari mendengar itu, kita bisa melangkah dengan lebih sadar. Kita bisa hadir, bukan hanya bergerak.

Rumah Bukan Tempat, Tapi Perasaan

Banyak orang hari ini mencari “rumah” di luar dirinya. Mereka mencari tempat yang nyaman, orang yang memahami, atau komunitas yang menerima. Tapi sebenarnya, rumah bukan hanya lokasi. Ia adalah perasaan.

Perasaan bahwa kita cukup. Bahwa kita layak hidup dengan damai. Bahwa kita tidak harus membuktikan apa-apa untuk merasa berharga.

Dan perasaan itu lahir ketika kita tenang. Saat kita berhenti membandingkan, berhenti berlari, dan mulai memeluk diri sendiri dengan utuh.

Menutup dengan Kesadaran, Bukan Janji

Saya tidak datang membawa solusi besar. Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa dalam dunia yang sibuk, tenang bisa jadi kekuatan paling penting. Dan dalam zaman yang tergesa, tenang bisa menjadi bentuk kepemimpinan paling dibutuhkan.

Maka mulai hari ini, mari kita coba:

Tenang dulu.
Tentukan arah dengan jujur.
Kerjakan dengan hati.

Karena dari situlah semua perubahan bermula. Dari seseorang yang kembali memeluk dirinya sendiri—dengan damai.

Redaksi

Leave a Comment

Recent Posts

BPN Kabupaten Bandung Sambut Kunker Komisi II DPR RI: Dorong Optimalisasi Pelayanan dan Peningkatan PNBP

Soreang, Info Burinyay — Kantor Pertanahan (BPN) Kabupaten Bandung menerima kunjungan kerja Komisi II DPR…

9 jam ago

Pendaftaran Ulang SMPN 1 Pasirjambu Dimulai, Sekolah Laksanakan Tes Pemetaan untuk Siswa Baru

Pasirjambu, InfoBurinyay - SMP Negeri 1 Pasirjambu resmi membuka kegiatan pendaftaran ulang untuk peserta didik…

15 jam ago

Semua Pendaftar Diterima, SMPN 1 Ciwidey Umumkan Hasil SPMB Tahun Ajaran 2025/2026

Ciwidey, Info Burniyay — SMP Negeri 1 Ciwidey resmi mengumumkan hasil Sistem Penerimaan Murid Baru…

15 jam ago

Monitoring Dana Desa Tahap 1: Tim Monev Kecamatan Ciwidey Tinjau Pembangunan di Desa Nengkelan

Ciwidey, Info Burinyay — Pemerintah Kecamatan Ciwidey terus memperkuat perannya dalam membina dan mengawasi pengelolaan…

1 hari ago

Menyongsong Indonesia Emas: Urgensi Reformasi Hukum Tata Negara

Oleh: Rohidin, SH., MH., M.Si. – Sultan Patrakusumah VIII Trustee Guarantee Phoenix INA 18 Indonesia…

2 hari ago

SMA Pasundan Rancaekek Tutup Pendaftaran, Fokus Daftar Ulang dan Seleksi Waiting List

Rancaekek, Info Burinyay — SMA Pasundan Rancaekek memulai proses pendaftaran ulang hari ini. Tahapan ini…

2 hari ago

This website uses cookies.