Info Burinyay
Opini

MBG Tasikmalaya: Bukan Soal Gratis, Tapi Layak atau Tidak!

MBG Tasikmalaya Bukan Soal Gratis, Tapi Layak atau Tidak! (photo-red)

Oleh: Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII – Trustee Guarantee Phoenix INA 18
Orang Tua Siswa dan Pemerhati Pendidikan Nasional

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) memang bertujuan baik. Namun, tanpa pelaksanaan yang berkualitas, niat mulia bisa berubah menjadi ancaman. Di Kota Tasikmalaya, kami para orang tua menghadapi fakta pahit: makanan gratis belum tentu sehat.

1. MBG Gagal Menjawab Kebutuhan Siswa

Sejak awal, kami menyambut program MBG dengan antusias. Kami berharap anak-anak bisa makan bergizi di sekolah tanpa membebani anggaran keluarga. Sayangnya, yang kami temui justru sebaliknya.

Sekolah elit tempat anak kami belajar, yang menjalankan sistem full day, kini tidak lagi menyediakan catering. Akibatnya, anak-anak sepenuhnya bergantung pada makanan MBG. Tanpa kantin nasi dan tanpa pilihan lain, mereka dipaksa makan makanan yang tak layak.

Dalam banyak kasus, anak-anak membuang makanan tersebut. Bahkan beberapa mengeluh sakit perut. Situasi ini sangat memprihatinkan dan tidak bisa dibiarkan.

2. Makanan Tidak Seimbang, Pelaksana Tidak Siap

Kami melihat langsung makanan MBG yang dibagikan. Porsinya minim, tidak ada protein yang cukup, dan penyajiannya pun sering sembarangan. Jelas bahwa pelaksana tidak siap menghadapi tanggung jawab sebesar ini.

Menurut informasi yang beredar, pelaksana MBG dipegang oleh unsur TNI. Meskipun kami menghormati tugas mulia TNI, kami mempertanyakan kapabilitas mereka dalam urusan pangan anak sekolah. Apakah mereka punya keahlian gizi? Apakah distribusi mereka memenuhi standar kesehatan?

Kami menemukan fakta bahwa hanya dua orang yang mengurus pengiriman. Bagaimana mungkin mereka bisa melayani seluruh siswa secara layak? Ini bukan persoalan logistik biasa. Ini soal masa depan kesehatan generasi muda.

3. Jangan Jadikan Anak-anak Korban Proyek Politik

Kami ingin tegaskan: kami tidak menolak program sosial. Namun kami menolak pelaksanaan sembrono. Jangan jadikan anak-anak kami sebagai kelinci percobaan kebijakan pemerintah.

Baca Juga
Kantin Sekolah Terpinggirkan? Ini Solusi Sultan Patrakusumah VIII

Jika pelaksanaan MBG seperti ini terus berlangsung, risikonya sangat besar. Gizi anak-anak terganggu. Kesehatan mereka terancam. Dan yang lebih menyedihkan, negara seolah abai terhadap suara orang tua.

Transisi ke program MBG seharusnya dilakukan secara bertahap. Jika pelaksana belum siap, seharusnya sekolah tetap menjalankan sistem catering berbayar seperti sebelumnya.

4. Kami Tidak Masalah Membayar, Asal Layak

Selama ini, orang tua membayar catering dengan ikhlas. Kami tahu makanan itu sehat, bersih, dan bergizi. Dengan MBG, anak-anak mendapat makanan gratis, tapi kami harus membayar biaya kesehatan jika mereka sakit.

Apakah itu sepadan? Tentu tidak. Maka, kami lebih memilih sistem lama dibanding program baru yang tidak jelas standar pelaksanaannya.

Program seperti MBG tidak boleh memaksakan seragam pada semua sekolah. Sekolah elit, sekolah terpencil, dan sekolah negeri memiliki karakteristik berbeda. Perlakuan seragam justru menciptakan ketimpangan.

5. Evaluasi Sekarang, Jangan Tunggu Korban

Kami meminta Pemerintah Kota Tasikmalaya segera melakukan evaluasi menyeluruh. Jika memang niatnya membantu, pastikan pelaksanaannya juga membantu. Jangan asal jalan hanya untuk menggugurkan kewajiban program nasional.

Libatkan orang tua, sekolah, dan ahli gizi dalam perbaikan MBG. Jangan biarkan satu pihak saja menentukan kualitas makanan anak-anak. Kesehatan mereka adalah tanggung jawab bersama.

Transparansi dan partisipasi publik adalah kunci untuk memperbaiki kekacauan ini. Jika tidak sanggup memperbaiki, lebih baik hentikan sementara. Tidak ada yang memaksa untuk melanjutkan program jika pelaksanaannya justru merugikan.

6. Presiden Punya Niat Baik, Daerah Harus Taat Arahan

Kami percaya Presiden memiliki niat yang baik dengan MBG. Namun pelaksana di daerah tidak boleh menyelewengkan tujuan tersebut. Jangan rusak kebijakan nasional dengan implementasi asal-asalan di lapangan.

Baca Juga
Modal Bank dan Regulasi Perbankan: Pilar Penting Stabilitas Ekonomi

Kami sebagai orang tua mendesak agar instruksi Presiden dipatuhi dengan benar. Jika makanan tidak memenuhi standar gizi dan tidak layak konsumsi, maka itu melanggar arahan Presiden secara terang-terangan.

Tanggung jawab pelaksana di daerah sangat besar. Mereka harus memastikan bahwa setiap makanan yang sampai ke tangan siswa sudah melalui proses pengawasan ketat. Tidak boleh ada kompromi.

Penutup: Suara Orang Tua Harus Didengar

Anak-anak kami bukan sekadar angka dalam laporan program. Mereka adalah manusia yang sedang tumbuh dan membutuhkan perlindungan. Jika program ini terus berlangsung tanpa perbaikan, kami khawatir akan muncul krisis gizi tersembunyi di sekolah-sekolah.

Kami tidak ingin berhadapan dengan data penderita gangguan pencernaan akibat MBG. Kami ingin anak-anak sehat dan kuat untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi untuk masa depan bangsa.

Maka dari itu, kami menyerukan: perbaiki MBG sekarang juga, atau hentikan sementara demi keselamatan anak-anak kami. Jangan tunggu sampai terlambat.

Related posts

Leave a Comment

* By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.