Bandung, Info Burinyay – Dalam dunia pendidikan, tak sedikit kisah yang mampu membakar semangat generasi muda. Namun, sedikit yang benar-benar meninggalkan jejak mendalam. Salah satunya adalah kisah perjalanan Rizky Prasetya Handani, S.E., M.M., C.CLM., C.EL., C.SSM., C.NLPTc., C.SC., C.PS., C.ET., C.BOP., C.CTh., C.PSt., C.MTr., C.CCM., C.MHC., C.PS., C.HL., C.HLC., C.MBM., C.CTc., C.LT.ELA., C.MCE., C.CDm., C.BS., C.NLMOR., C.PS., C.SEM., C.LFS., C.IS., C.PNLP., C.TM., C.NSP., C.HMt., C.BFP., C.CL adalah seorang pemuda asal Jawa Barat yang membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk memiliki deretan gelar dan dampak nyata.
33 Sertifikasi dalam 2 Bulan: Bukti Disiplin dan Dedikasi
Rizky tidak hanya menyandang gelar akademik Sarjana Ekonomi (S.E.) dan Magister Manajemen (M.M.), dengan predikat lulusan terbaik pada program magisternya, tapi juga mencatatkan pencapaian luar biasa: 33 sertifikasi non-akademik hanya dalam waktu dua bulan, tepatnya sejak 23 Juli hingga 26 September 2025.
Sertifikasi tersebut diperoleh dari lembaga nasional kredibel seperti NAF Education Center, Edu Learning Academy, dan LPK Miftah Academy Indonesia (Tandatangan direktur dan trainer resmi dari lembaga tersebut memperkuat legitimasi capaian ini). Ia menyelesaikannya dengan pendekatan manajemen waktu yang ketat: belajar di sela kesibukan, menyusun tugas dengan tekun, lalu menyelesaikan ujian sertifikasi. Tandatangan direktur dan trainer resmi memperkuat validitas tiap sertifikat yang ia raih.
Salah satu yang gelar non akademik terakhir yang ia dapatkan adalah “Certified Communication for Leader (C.CL)” dari Edu Learning Academy, yang tidak hanya menegaskan kompetensinya dalam komunikasi kepemimpinan, tetapi juga mengukuhkan dirinya sebagai figur pembelajar yang adaptif dan serius. Hingga saat ini, Rizky Prasetya Handani masih sedang dalam proses belajar untuk mendapatkan gelar non akademiknya.
Dari Gelar ke Dampak Nyata
Yang membuat kisah Rizky berbeda bukan hanya panjangnya deretan gelar, tetapi bagaimana ia mengaktualisasikannya. Ia kini dikenal sebagai entrepreneur, social educator, penulis, trainer, dan praktisi komunikasi. Lebih dari itu, ia aktif juga dalam berbagai organisasi tingkat daerah dan menjadi tokoh muda inspiratif di Jawa Barat yang gencar mendorong budaya belajar, literasi, dan pengembangan potensi anak muda.
Beberapa karya tulisnya bahkan kini menjadi referensi dalam skripsi dan karya tulis ilmiah mahasiswa/i di perguruan tinggi, ini merupakan sebuah lompatan besar dari sekadar pencapaian pribadi menjadi kontribusi intelektual bagi masyarakat luas.
Menjawab Keraguan dengan Teladan
Rizky menyadari bahwa tidak semua orang akan memahami mengapa ia menempuh jalan penuh prestasi ini. Tak jarang ia mendengar pernyataan meremehkan:
“Untuk apa menjadi pintar dan berprestasi? Belum tentu sukses juga.”
Namun, alih-alih menyerah pada keraguan, Rizky justru mendorong refleksi yang lebih dalam:
“Jika orang yang pintar dan berprestasi saja belum tentu sukses, lalu bagaimana dengan orang yang tidak berprestasi dan tidak berusaha menjadi pintar?”
Menurutnya, prestasi adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan atas talenta yang telah dipercayakan, bukan sekadar soal gengsi atau koleksi penghargaan.
“Daripada tidak memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, lebih baik kita mencoba, berusaha, dan terus bertumbuh. Prestasi bukan hanya untuk kebanggaan pribadi, tapi juga menjadi kebanggaan bagi orang-orang terdekat. Dan ketika prestasi itu dilandasi dengan iman, maka hasilnya akan menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi orang lain.”
Pendidikan sebagai Pilar Kehidupan
Rizky percaya bahwa pendidikan adalah fondasi utama untuk membangun SDM Indonesia yang unggul. Ia menegaskan bahwa baik pendidikan formal maupun non-formal harus berjalan berdampingan untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara teori, tetapi juga kompeten secara praktis.
Semangat belajarnya bukan sekadar untuk hari ini, tapi untuk masa depan. Ia menyadari bahwa dunia terus berubah, pengetahuan berkembang, dan teknologi terus maju. Maka, belajar bagi Rizky adalah kewajiban seumur hidup dan bentuk penghargaan terhadap hidup itu sendiri.
Menjadi Role Model, Bukan Sekadar Berprestasi
Kini, Rizky tidak lagi hanya memikirkan pencapaian pribadi. Ia memiliki misi sosial: membangun budaya prestasi di kalangan generasi muda.
Ia mendorong anak-anak muda agar terbiasa mengejar pencapaian sejak dini, membangun karakter disiplin, dan memiliki target jelas. Bagi Rizky, budaya mengejar prestasi adalah kebiasaan positif yang akan terbawa dalam usaha, bisnis, maupun karier profesional.
“Ketika seseorang terbiasa mengejar target tinggi, ia belajar untuk selalu memberikan yang terbaik. Dan dari kebiasaan itulah, prestasi bukan lagi sekadar tujuan, melainkan identitas,” ungkapnya.
Kolaborasi untuk Dampak Lebih Luas
Sebagai sosok yang terus belajar dan bergerak, Rizky terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak: institusi pendidikan, komunitas, organisasi pelatihan, dan profesional. Baik sebagai trainer, coach, moderator, pembicara, hingga narasumber, ia siap menyebarkan semangat dan ilmu yang telah ia jalani.
Usia Boleh Muda, Dampak Harus Nyata
Dengan segala pencapaian di usia muda, Rizky Prasetya Handani telah membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk berprestasi. Ia menjadi contoh bahwa dengan kerja keras, disiplin waktu, komitmen belajar, dan nilai-nilai iman yang kuat, setiap orang dapat menciptakan kehidupan yang berdampak, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi masyarakat luas.
Namanya boleh penuh gelar, tapi yang lebih penting adalah nilai dan visi di balik kisahnya. Dan itulah yang menjadikan Rizky bukan sekadar pelajar berprestasi, tapi juga panutan dan penyala semangat generasi muda.