Bandung, Info Burinyay – Seminar bertajuk “The Power of Personal Branding” sukses digelar di Ruang Data DPD Partai Golkar Jawa Barat pada Kamis, 6 Februari 2025.
Acara ini dihadiri ketua KIM-PG Partai Golkar Jawa Barat, Yosi Wihara, SE., serta beragam kalangan beragam kalangan, mulai dari mahasiswa, wiraswasta, guru, hingga aktivis partai. Diprakarsai oleh Keluarga Intelektual Muda Partai Golkar Jawa Barat, seminar ini bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya membangun citra diri positif di era digital.
Rizky Prasetya Handani, S.E., M.M., selaku pembuka acara, menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta.
“Kami senang bisa berbagi ilmu, terutama untuk generasi muda Jabar yang concern pada pengembangan diri. Personal branding bukan sekadar menjual diri, tapi membangun nilai positif agar kita bisa berkarya lebih maksimal,” ujarnya. Tak lupa, ia memperkenalkan narasumber utama, Dr (c). Tresia Wulandari, S.I.Kom, M.I.Kom., yang disebutnya sebagai sosok inspiratif dengan segudang prestasi di bidang komunikasi, kewirausahaan, dan pendidikan.
Pada kesempatan tersebut, Rizky Prasetya Handani, S.E., M.M., mewakili KIM-PG mengucapkan terimakasih kepada Ketua DPD PArtai Golkar Dr.TB.H.Ace Hasan Syadzily, M.Si, Sekretaris DPD Ir. M.Q. Iswara, Bendahara Umum DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dr. Ir. Hj. Metty Triantika, M.T., yang telah mendukung dan mempersilahkan ruangan di pergunakan untuk seminar.
Memasuki sesi inti, Tresia Wulandari membagikan perjalanan hidupnya yang penuh transformasi. “Saya lahir di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dari keluarga biasa. Dulu, saya gadis pemalu yang bahkan tak tahu lokasi bioskop di Bandung. Tapi, melalui organisasi dan kompetisi sejak SMP, saya belajar bahwa kerja keras adalah kunci 99% kesuksesan,” ungkapnya.
Dengan gaya komunikasi yang cair, Tresia menekankan bahwa personal branding bukan tentang kesempurnaan, melainkan konsistensi dan keautentikan. “Saya tak lahir dengan bakat public speaking. Semua ini hasil latihan bertahun-tahun. Di media sosial, saya sengaja membangun citra sebagai akademisi dan entrepreneur, sementara sisi santai saya ada di TikTok. Ini strategi agar audiens mengenal kita dari perspektif yang kita tentukan,” paparnya.
Tak hanya teori, Tresia mengajak peserta mempraktikkan teknik sederhana membangun first impression positif melalui senyum. Menggunakan chopstick sebagai alat bantu, ia mendemonstrasikan “senyum 8 gigi” ala pramugari profesional. “Gigit chopstick, lalu tarik bibir ke samping hingga 8 gigi terlihat. Latihan ini melatih otot wajah agar senyum terlihat tulus dan percaya diri,” jelasnya sembil memandu peserta.
Peserta pun antusias mengikuti sesi interaktif ini. Salah seorang mahasiswa, Amung dari Lamongan, mengaku terkesan. “Tekniknya simpel tapi berdampak besar. Senyum memang jadi modal utama membangun relasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Tresia memaparkan strategi membedakan konten di platform digital. “Instagram saya penuh konten profesional: seminar, wawancara tokoh, dan kegiatan akademik. Sementara TikTok untuk konten casual seperti nyanyi atau gaya hidup. Pembagian ini memudahkan audiens memahami ‘layer’ diri kita,” jelas dosen Fisip Unpas tersebut.
Ia juga mengingatkan peserta untuk tidak terjebak pencitraan. “Personal branding yang dipaksakan hanya akan membuat kita lelah. Misalnya, jika passion Anda di musik rock, jangan memaksakan diri terlihat feminim hanya demi tren. Jadilah diri sendiri, karena konsistensi adalah kunci,” tegasnya.
Seminar yang berlangsung selama 1 jam ini ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif. Beberapa peserta, seperti Johnson Pasaribu dari Medan, serta Kang Djamil dari Bandung, menyoroti pentingnya personal branding bagi UMKM.
“Bagaimana cara membranding usaha kecil agar bisa bersaing di pasar digital?” tanyanya. Tresia menyarankan untuk memanfaatkan cerita unik di balik produk. “Konsumen sekarang cari authenticity. Ceritakan proses, kegagalan, dan nilai-nilai yang Anda pegang. Itu yang membedakan Anda dari kompetitor,” jawabnya.
Di sisi lain, Rizky Prasetya berharap acara ini menjadi awal kolaborasi lintas generasi. “Kami ingin terus membuka ruang diskusi seperti ini. Generasi muda Jabar harus jadi pionir perubahan, baik di ranah politik, bisnis, maupun sosial,” tandasnya.
Acara ini tidak hanya memberikan wawasan teoritis, tetapi juga teknik aplikatif yang langsung bisa diimplementasikan. Peserta diajak merefleksikan keunikan diri mereka sendiri sambil membangun jaringan dengan sesama audiens.
Sebagai penutup, Tresia berpesan: “Takdir kita bisa berubah lewat personal branding. Mulailah dari hal kecil: dokumentasikan setiap pencapaian, perbaiki ekspresi wajah, dan tetap konsisten. Sukses bukan milik mereka yang berbakat, tapi yang tak pernah berhenti belajar.”
Dengan semangat ini, seminar ditutup dengan foto bersama dan pembagian sertifikat kepada peserta. Diharapkan, rangkaian acara serupa akan terus digelar untuk memperkuat SDM muda Jawa Barat menuju era digital yang penuh tantangan.