Solokanjeruk, Info Burinyay – Pemerintah Kabupaten Bandung memulai babak baru dalam penguatan industri kopi lokal melalui peresmian Center of Excellence (CoE) Korporasi Petani Kopi. Kegiatan berlangsung di Desa Solokanjeruk, Kecamatan Solokanjeruk, dan dihadiri berbagai unsur penting termasuk Kementerian Pertanian serta jajaran dinas teknis.
Dalam sambutannya, Bupati Bandung, Dr. H.M. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si., menyampaikan rasa terima kasih kepada Kementerian Pertanian. Ia menegaskan bahwa proses menuju peresmian ini bukan perjalanan singkat. Pembangunan gedung dan proses serah terima memerlukan waktu dan komitmen dari berbagai pihak.
Setelah menuntaskan pembangunan fisik, Pemerintah Kabupaten Bandung kini menyiapkan tahap berikutnya. Bupati Dadang menekankan bahwa peresmian bukan akhir dari proses. Ia justru menyebut hari ini sebagai titik awal untuk melangkah lebih konkret.
“Saya ingin seluruh pihak fokus pada aksi nyata, mulai dari produksi, pemasaran, hingga penyediaan akomodasi,” ujar Bupati. Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah harus langsung bekerja setelah gedung CoE berdiri kokoh.
Sebagai bentuk komitmen, Bupati meminta Dinas Pertanian mengambil langkah cepat. Ia menginstruksikan agar dinas terkait segera berkomunikasi dengan calon investor. Menurutnya, keberhasilan korporasi petani kopi bergantung pada kemampuan daerah menggerakkan jaringan kemitraan.
“Saya ingin Kepala Dinas Pertanian segera undang investor. Kita harus pastikan korporasi ini aktif berjalan,” tegasnya.
Langkah ini perlu disertai pemetaan potensi secara menyeluruh. Oleh karena itu, Bupati juga meminta Dinas Penanaman Modal dan PTSP menyampaikan data investasi secara komprehensif. Ia menilai potensi produksi kopi di Kabupaten Bandung sangat besar.
Kabupaten Bandung memiliki lahan kopi seluas sekitar 15.000 hektare. Jika setiap hektare menghasilkan 10 ton, maka total produksi kopi bisa mencapai 150.000 ton per tahun. Sementara itu, kapasitas olah di gedung CoE saat ini berada di kisaran 6.000 ton per tahun.
Dengan mempertimbangkan kapasitas yang tersedia, Bupati menyarankan agar distribusi produksi kopi dibagi secara berkala. Ia ingin proses pengolahan berlangsung konsisten sepanjang tahun. Model seperti ini, menurutnya, akan menjaga kualitas sekaligus memperkuat rantai pasok.
Selain itu, Bupati mendorong pemerintah daerah segera menentukan pola pengelolaan korporasi. Ada dua opsi yang ia sampaikan. Pertama, membentuk badan usaha baru dalam format korporasi petani. Kedua, memfungsikan BUMD yang telah eksis.
“Kita harus segera putuskan bentuk usahanya. Jangan sampai tempat ini terbengkalai setelah peresmian,” kata Bupati dengan tegas.
Ia menambahkan bahwa struktur kelembagaan akan mempengaruhi efektivitas program di lapangan. Oleh sebab itu, koordinasi lintas dinas harus segera berjalan.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga menginstruksikan Kepala Dinas Pertanian untuk mengumpulkan para petani kopi. Ia ingin mendengar langsung pendapat dan masukan dari mereka. Ia meyakini bahwa petani menjadi aktor utama dalam sistem korporasi.
“Saya minta semua petani kopi dikumpulkan. Kita bicarakan mekanisme kerja yang paling cocok,” ujarnya. Ia berharap pola distribusi hasil panen dan proses pascapanen bisa berjalan efisien.
Tak hanya itu, ia meminta para pejabat teknis tidak tinggal diam. Ia menugaskan asisten daerah untuk mengawal proses pemanfaatan gedung CoE secara berkelanjutan.
“Kepala dinas jangan hanya hadir saat peresmian. Kita harus bergerak terus agar tempat ini bermanfaat,” ungkapnya.
Bupati Dadang mencontohkan keberhasilan pembangunan Pasar Banyaran yang baru saja rampung. Ia juga menyampaikan bahwa proyek pengembangan pasar Majalaya akan segera menyusul. Menurutnya, pengembangan kawasan seperti ini mencerminkan semangat pembangunan berkelanjutan.
Ia melihat Center of Excellence sebagai bagian penting dalam rantai hilirisasi komoditas lokal. Oleh karena itu, ia berencana mengundang lebih banyak investor agar kawasan ini hidup dan aktif. Ia juga berharap kehadiran CoE membawa dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.
“Kita undang investor agar kawasan ini tidak hanya menjadi monumen. Tempat ini harus hidup dan menghasilkan,” ujarnya.
Untuk mendukung operasional, pemerintah daerah juga tengah menyiapkan rencana pengadaan mesin dan fasilitas teknis lainnya. Bupati menyatakan komitmennya untuk terus membantu dari sisi anggaran maupun pendampingan kebijakan.
“Kita bahas lebih teknis soal mesin dan alat. Saya ingin tempat ini berfungsi maksimal,” tambahnya.
Ia berharap gedung CoE menjadi pusat aktivitas ekonomi yang nyata. Dengan dukungan kelembagaan dan kemitraan yang kuat, ia percaya tempat ini akan memberikan manfaat besar bagi para petani kopi di Kabupaten Bandung.
Sebagai penutup, Bupati Dadang Supriatna mengucap Bismillahirrahmanirrahim sebagai tanda peresmian resmi. Ia menyerukan seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja bersama dan memastikan tempat ini memberi manfaat luas.