Soreang, Info Burinyay – Pemkab Bandung kembali mengingatkan masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah baru, terutama selama perayaan Idul Adha.
Dalam upaya ini, Pemkab Bandung mendorong agar masyarakat menjalankan Idul Adha tanpa menggunakan wadah plastik sekali pakai. Sebagai gantinya, masyarakat diajak untuk menggunakan wadah alternatif seperti besek, bongsang, daun pisang, atau wadah dari rumah.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna, bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, Asep Kusumah, menyampaikan harapannya agar pembagian daging qurban dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip ramah lingkungan.
“Kami berharap agar pembagian daging qurban menggunakan kemasan seperti besek, bongsang, atau daun,” ungkap Asep Kusumah usai salat sunat Idul Adha di Masjid Al Fathu Soreang, Senin (17/6/2024)
Selain itu, Asep Kusumah mendorong agar setiap penerima daging qurban dapat membawa wadah sendiri dari rumah.
“Lebih baik lagi jika masyarakat bisa membawa wadah pribadi saat menerima daging qurban,” tambahnya, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mengurangi sampah plastik.
Pemkab Bandung juga mengajak masyarakat untuk bekerjasama dan bersinergi dalam mengembangkan inovasi dari pemerintah daerah.
“Pengurangan sampah bisa dimulai dari individu. Biasakan menggunakan kemasan yang bisa diguna ulang,” jelas Asep. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas.
DLH Kabupaten Bandung telah menerapkan kebijakan untuk tidak menggunakan dus snack dalam rapat-rapat dan menerapkan sistem prasmanan untuk mengurangi timbulan sampah.
“Langkah ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Daerah yang diatur dalam Undang-Undang No 18 tahun 2008 pasal 12, yang mewajibkan pengurangan sampah rumah tangga dengan berwawasan lingkungan,” papar Asep.
Langkah-langkah ini adalah bukti nyata dari komitmen pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan.
Sesuai dengan instruksi Bupati Bandung, setiap rumah diharapkan memiliki minimal dua lubang biopori atau dua lubang cerdas organik (LCO) untuk mengelola sampah organik.
“Limbah dapur dapat langsung diuraikan melalui lubang biopori atau LCO oleh mikroorganisme dalam tanah,” terangnya.
Pendekatan ini adalah langkah sederhana namun efektif dalam mengurangi sampah organik di tingkat rumah tangga.
Untuk sampah non-organik, Asep mendorong masyarakat untuk bergabung dengan bank sampah. Kabupaten Bandung memiliki 11 industri daur ulang sampah yang mampu mengubah limbah non-organik menjadi produk-produk industri yang memiliki nilai ekonomis.
“Partisipasi dalam bank sampah merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengelola sampah di tingkat rumah tangga,” tambahnya. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang.
Di tingkat RW, Pemkab Bandung aktif mengembangkan program bank sampah tematik berbasis ekonomi sirkular.
“Program ini melibatkan maggot yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan untuk ayam atau ikan lele, yang kemudian menghasilkan telur atau ikan yang dapat dipanen,” kata Asep. Pendekatan ini mencerminkan integrasi berbagai aspek masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
Menurut Asep, sampah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari manusia.
“Setiap individu merupakan sumber sampah, namun setiap individu juga dapat menjadi bagian solusi dalam pengelolaan sampah,” tegasnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya peran aktif setiap individu dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Pemkab Bandung mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dalam menjadi pahlawan lingkungan.
“Mari bersama-sama menjadi pahlawan bagi lingkungan,” tutup Asep Kusumah, mengajak masyarakat untuk mengambil bagian dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Sumber : Humas Pemkab-Diskominfo Kab. Bandung