Bupati Bandung Resmikan Masjid Jami Al Fitroh, Tegaskan Peran Masjid sebagai Pusat Dakwah dan Pendidikan

Bupati Bandung Resmikan Masjid Jami Al Fitroh, Tegaskan Peran Masjid sebagai Pusat Dakwah dan Pendidikan. (photo-red-sy)

Cikancung, Info Burinyay – Masjid bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga pusat dakwah, pendidikan, dan pembinaan akhlak masyarakat. Pandangan itu ditegaskan Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna saat meresmikan Masjid Jami Al Fitroh di Kampung Sindangsari RT 01/12, Desa Cikasungka, Kecamatan Cikancung, Minggu (21/9).

Sejak awal sambutan, Bupati yang akrab disapa Kang DS menekankan agar masjid memberi manfaat nyata. Ia mengingatkan bahwa masjid tidak boleh hanya berdiri megah tanpa aktivitas yang bermanfaat.

“Saya berharap peresmian masjid ini membawa keberkahan. Masjid jangan hanya berdiri megah tapi tidak bermanfaat. Kalau masjid tidak bermanfaat bagi sekitarnya, lebih baik dibongkar saja daripada tidak terpakai. Maka jadikanlah Masjid Jami Al Fitroh ini semakin bermanfaat bagi masyarakat,” tegasnya.

Dalam sambutannya, Kang DS juga menekankan peran masjid sebagai madrasah. Menurutnya, masjid wajib mendidik generasi agar tumbuh dengan akhlak mulia dan keimanan yang kuat.

“Masjid harus menjadi madrasah yang mendidik anak-anak kita agar tumbuh menjadi insan bertakwa. Dengan begitu, masjid berkontribusi membantu pemerintah dalam melahirkan generasi yang unggul,” ujarnya.

Ia menilai keseimbangan fisik dan mental hanya bisa lahir dari kebersihan hati. Pendidikan agama yang berakar dari masjid berperan besar dalam membentuk hati yang bersih. Karena itu, Kang DS mendorong masyarakat menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan karakter.

Transisi penting juga ia soroti. Dari sekadar tempat ibadah, masjid bisa berkembang menjadi pusat pembelajaran, dialog, hingga penguatan nilai moral masyarakat.

Tidak hanya bicara pendidikan, Kang DS juga mengingatkan kembali kontribusi besar ulama terhadap bangsa. Ia menyebut ulama turut membidani lahirnya Pancasila sekaligus menggerakkan semangat rakyat dalam merebut kemerdekaan.

“Tanpa ulama, tidak ada artinya pemerintah daerah. Tidak ada artinya saya sebagai bupati tanpa dukungan para ulama. Maka kami berkomitmen memperhatikan kesejahteraan mereka. Meskipun masih banyak tantangan moral di masyarakat, setidaknya masih ada kesadaran untuk menjaga keimanan,” tuturnya.

Sebagai bentuk perhatian, Pemkab Bandung memberikan jaminan BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan kepada ulama, ustadz, ustadzah, serta guru ngaji. Program ini menjadi bukti nyata dukungan pemerintah terhadap perjuangan mereka.

Kang DS menegaskan, ulama tidak hanya menjaga iman, tetapi juga menguatkan fondasi sosial. Karena itu, perhatian pada kesejahteraan ulama menjadi langkah penting untuk menjaga kesinambungan dakwah di masyarakat.

Selain itu, Kang DS menitipkan pesan khusus bagi para orang tua. Ia menekankan bahwa pendidikan agama anak tidak boleh sepenuhnya diserahkan kepada guru ngaji.

“Anak-anak bukan hanya tanggung jawab guru ngaji, tetapi tanggung jawab utama orang tua. Semoga ikhtiar masyarakat Kabupaten Bandung untuk membentuk generasi berakhlakul karimah bisa terwujud,” pungkasnya.

Pernyataan itu sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa pendidikan agama sejatinya berawal dari keluarga. Masjid dan guru ngaji memang penting, tetapi keteladanan orang tua tetap menjadi pilar utama.

Lebih jauh, Kang DS berharap masjid tidak hanya aktif dalam kegiatan ritual, tetapi juga mampu mendorong pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, pengurus masjid bisa merancang program sosial, ekonomi umat, hingga pelatihan keterampilan berbasis syariah.

Ia menilai masjid yang hidup dengan aktivitas produktif akan menciptakan masyarakat rukun, religius, dan mandiri. Transisi ini penting, sebab masjid yang berdaya akan memperkuat pembangunan berbasis nilai-nilai Islam.

Dalam kesempatan tersebut, Kang DS menegaskan komitmen Pemkab Bandung untuk terus mendukung pembangunan sarana keagamaan. Pemerintah daerah sudah menyalurkan bantuan renovasi masjid, pembangunan madrasah, hingga pelatihan imam dan khatib.

Ia meyakini pembangunan manusia seutuhnya berawal dari penguatan iman. Karena itu, investasi pada rumah ibadah dan penggerak dakwah menjadi prioritas Pemkab Bandung.

“Masjid adalah benteng moral. Kalau masjid hidup, masyarakat juga akan hidup dengan iman dan akhlak yang baik,” tegasnya.

Masyarakat Cikasungka menyambut positif kehadiran Bupati Bandung sekaligus peresmian Masjid Jami Al Fitroh. Mereka menilai kehadiran masjid akan mempererat kebersamaan sekaligus memperkuat pendidikan agama bagi anak-anak.

Beberapa tokoh masyarakat berharap pengurus masjid semakin aktif menyelenggarakan kegiatan. Dengan begitu, masjid tidak sekadar simbol, tetapi benar-benar menjadi pusat kehidupan umat.

Harapan itu senada dengan pesan Bupati Bandung. Transisi peran masjid dari tempat ibadah menuju pusat peradaban lokal kini mendapat dukungan penuh dari masyarakat.

Peresmian Masjid Jami Al Fitroh di Cikancung menjadi momen penting bagi warga Kabupaten Bandung. Acara tersebut tidak berhenti pada simbol peresmian bangunan, melainkan menjadi pengingat akan peran masjid sebagai pusat pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan umat.

Dengan komitmen Pemkab Bandung, dukungan ulama, serta keterlibatan orang tua, keberadaan masjid diharapkan mampu melahirkan generasi berakhlakul karimah. Seperti pesan Kang DS, masjid tidak boleh sekadar berdiri, tetapi harus hidup, bermanfaat, dan memberi cahaya bagi masyarakat.

Related posts

Gelar Karya PKBM dan Launching Koperasi Konsumen Sejahtera FK-PKBM Kabupaten Bandung

BPJS Ketenagakerjaan Bojongsoang Catat 199 Ribu Tenaga Kerja Terlindungi di Kabupaten Bandung

LKP Asyima Nusantara Gelar Pembukaan Program PKK Tata Busana 2025