Rancaekek, Info Burinyay – SMP–SMK Skye Digipreneur Kabupaten Bandung menggelar In House Training (IHT) untuk memperkuat keterampilan guru menghadapi tuntutan pembelajaran abad 21. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 13 Agustus 2025, di Ballroom lantai 3, Jalan Walini No. 24, Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek.
Panitia menetapkan tema “Menggali Potensi PPB, 6KG, PM, RPPM, KKA dan Reviu KSP, Sebagai Strategi Inovatif untuk Pembelajaran Abad 21”. Tema ini menegaskan misi pelatihan, yakni membekali guru dengan metode mengajar kreatif, adaptif, dan berbasis teknologi.
Sejak pagi, guru dari tujuh sekolah hadir dan langsung berinteraksi satu sama lain. Mereka berasal dari SMP Skye Digipreneur, SMP BPI Rancaekek, SMP Lugina Rancaekek, SMP PGRI Rancaekek, SMP PGRI Haurpugur, SMP Insan Unggul, dan SMP Plus Muthahhari. Suasana kolaboratif langsung terbentuk sejak sesi pembukaan.
Nana Supriatna, S.Pd., M.M.Pd., Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, memimpin jalannya pelatihan. Ia memulai sesi dengan membedah konsep pola pikir bertumbuh atau growth mindset. Setelah itu, ia menghubungkan konsep tersebut dengan enam kompetensi global yang mencakup komunikasi efektif, kolaborasi, kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan beradaptasi.
Dengan langkah terstruktur, Nana mengajak peserta mengintegrasikan enam kompetensi global ke dalam rencana pembelajaran. Ia memandu guru membuat RPPM menggunakan aplikasi digital hingga mampu menyelesaikannya hanya dalam satu menit. Selain itu, ia juga mengarahkan peserta mengenal KKA atau coding kecerdasan artifisial, lalu memanfaatkannya untuk memperkuat proses pembelajaran.
“Guru perlu memanfaatkan waktu dengan efisien. Jika RPPM bisa selesai dalam satu menit, guru akan memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan siswa,” tegas Nana. Ia menambahkan, penguasaan teknologi menjadi kunci agar pembelajaran selalu relevan.
Sementara itu, Coach. Adv. Agus Gandara, S.H., M.H., M.Pd., CEO SMP Skye Digipreneur sekaligus tuan rumah, membuka kegiatan dengan semangat tinggi. Ia menegaskan bahwa IHT ini dirancang agar guru bisa langsung mengaplikasikan materi di kelas.
“Kami ingin guru membawa keterampilan yang siap pakai, bukan hanya teori. Karena itu, kami mendorong semua peserta untuk mencoba dan memodifikasi metode yang mereka pelajari hari ini,” ujar Agus.
Ia juga mengajak guru mempertahankan semangat belajar setelah pelatihan.
Respon positif datang dari peserta. Lina Winarti, S.Pd. dari SMP Insan Unggul menuturkan bahwa pelatihan ini membuatnya memahami langkah-langkah pembelajaran mendalam secara lebih jelas.
“Saya akan menerapkan deep learning agar siswa merasa lebih nyaman dan terlibat aktif di kelas,” ujarnya.
Dadi Nugraha, S.E.I. dari SMP Lugina mengungkapkan pengalaman berbeda yang ia rasakan. “Materinya disampaikan dengan santai namun sangat mengena. Saya mengerti arah pembelajaran yang diinginkan dan siap menerapkannya,” jelasnya.
Shella Nurhasanah, S.Pd. dari SMP PGRI Rancaekek juga mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru.
“Saya akan merancang pembelajaran mendalam sesuai konsep yang saya pelajari di pelatihan ini,” katanya.
Sepanjang acara, peserta terus berdiskusi dan saling bertukar strategi mengajar. Dengan semangat tinggi, mereka mengajukan pertanyaan, mencoba simulasi, dan memberikan masukan kepada rekan-rekan. Aktivitas ini tidak hanya memperkuat pemahaman materi, tetapi juga memperluas jejaring profesional antar sekolah.
Selain materi, pelatihan ini menyediakan sesi praktik. Panitia memberi kesempatan kepada peserta untuk menyusun RPPM secara langsung, lalu mempresentasikannya. Nana memberikan umpan balik yang jelas dan mendorong peserta memperbaiki rencana pembelajaran agar lebih efektif.
Peserta memanfaatkan sesi ini untuk menguji ide-ide baru. Beberapa guru memadukan pembelajaran berbasis proyek dengan pemanfaatan teknologi seperti AI dan platform digital. Langkah ini menunjukkan bahwa guru mampu mengadaptasi inovasi sesuai kebutuhan siswa.
Menjelang penutupan, seluruh peserta menyatakan komitmen untuk menerapkan enam kompetensi global dan strategi yang mereka pelajari. Mereka juga sepakat membentuk forum komunikasi lintas sekolah agar dapat berbagi perkembangan dan hasil penerapan.
Dengan IHT ini, SMP–SMK Skye Digipreneur mengukuhkan peran sebagai pusat inovasi pendidikan di Rancaekek. Pelatihan yang memadukan teknologi, kreativitas, dan kolaborasi ini menjadi solusi nyata untuk menyiapkan guru menghadapi pembelajaran abad 21.
Penyelenggara menargetkan hasil pelatihan terlihat langsung di sekolah masing-masing. Mereka berharap guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, melibatkan siswa secara aktif, dan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan.
IHT 2025 meninggalkan semangat baru di kalangan peserta. Para guru kembali ke sekolah dengan keterampilan segar, ide kreatif, dan jaringan kerja sama yang siap mendukung langkah mereka. Dengan modal ini, pendidikan di Kabupaten Bandung berpeluang berkembang lebih cepat dan merespons perubahan zaman dengan lebih baik.