Tasikmalaya, Info Burinyay – Budaya politik memainkan peran krusial dalam membentuk cara masyarakat berinteraksi dengan sistem politik di negara mereka. Rohidin, SH., MH., M.Si., Sultan Patrakusumah VIII Trust of Guarantee Phoenix Ina 18, menjelaskan bahwa budaya politik mencakup sistem kepercayaan empiris, simbol, dan nilai ekspresif. Budaya ini menentukan situasi tempat tindakan politik terjadi. Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat tiga dimensi budaya politik yang mendasari proses politik.
Dimensi Budaya Politik
Budaya politik terdiri dari tiga dimensi utama yang saling terkait, yaitu kognitif, efektif, dan evaluatif. Masing-masing dimensi ini menggambarkan bagaimana masyarakat memahami, merasakan, dan menilai sistem politik yang ada.
- Dimensi Kognitif:
Dimensi ini mencakup apa yang orang tentang sistem politik. Masyarakat memahami bagaimana politik beroperasi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Pemahaman ini membentuk sikap mereka terhadap kebijakan dan keputusan politik. - Dimensi Efektif:
Dimensi ini berhubungan dengan perasaan yang muncul saat berinteraksi dengan sistem politik. Rasa bangga, kecewa, atau frustasi sering muncul, tergantung pada kebijakan yang diterapkan. Jika kebijakan mendukung kesejahteraan mereka, masyarakat akan merasa lebih terhubung; sebaliknya, jika kebijakan tidak sesuai harapan, perasaan negatif bisa muncul. - Dimensi Evaluatif:
Dimensi ini menggabungkan pengetahuan dan perasaan untuk menghasilkan penilaian terhadap kinerja sistem politik. Masyarakat menilai apakah kebijakan yang ada berhasil atau tidak. Penilaian ini sangat mempengaruhi keputusan untuk mendukung atau mengkritik kebijakan pemerintah.
Perbedaan Budaya Politik
Budaya politik juga dibedakan berdasarkan cara masyarakat memahami dan terlibat dalam politik. Berdasarkan hal ini, ada beberapa kategori budaya politik:
- Budaya Politik Parokial:
Dalam budaya politik parokial, masyarakat merasa terpisah dari sistem politik nasional. Mereka cenderung tidak peduli dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah, bahkan mungkin tidak menyadari dampak kebijakan tersebut terhadap kehidupan mereka. Mereka lebih fokus pada kehidupan sehari-hari dan tidak merasa terhubung dengan keputusan-keputusan politik yang lebih besar. - Subyek Budaya Politik:
Masyarakat dalam kelompok ini lebih sadar akan pentingnya politik dalam kehidupan mereka. Mereka memahami peran sistem politik dalam kesejahteraan mereka, meskipun mereka tidak selalu aktif terlibat. Kelompok ini cenderung melihat diri mereka sebagai penerima manfaat kebijakan, meskipun mereka tidak terlibat langsung dalam pembuatannya. - Budaya Politik Peserta:
Masyarakat dengan budaya politik peserta memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang politik. Mereka tidak hanya menerima kebijakan, tetapi juga menyadari peran mereka dalam proses pembuatan kebijakan. Mereka aktif berpartisipasi dalam politik, baik dengan cara memilih pemimpin maupun dengan mengemukakan pendapat mereka.
Kesetiaan dan Alienasi dalam Budaya Politik
Kesetiaan dan alienasi adalah dua faktor penting dalam budaya politik yang mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi dengan politik. Masing-masing faktor ini berperan dalam menentukan seberapa aktif masyarakat terlibat dalam politik.
- Kesetiaan:
Masyarakat yang setia pada sistem politik biasanya memiliki pengetahuan yang positif dan orientasi yang mendukung terhadap kebijakan pemerintah. Mereka cenderung menerima kebijakan meskipun tidak sepenuhnya setuju, karena mereka percaya kebijakan tersebut akan memberikan manfaat bagi negara dan diri mereka sendiri. - Alienasi:
Sebaliknya, alienasi menggambarkan perasaan terasing dari sistem politik. Masyarakat yang merasa teralienasi cenderung apatis dan tidak memandang politik sebagai sarana untuk mengubah kondisi mereka. Mereka merasa bahwa suara mereka tidak didengarkan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan yang diterapkan.
Dinamika Budaya Politik dalam Konteks Sosial
Budaya politik tidak hanya mempengaruhi perilaku individu tetapi juga berinteraksi dengan sistem sosial dan organisasi yang lebih besar. Sistem budaya mempengaruhi cara individu berpartisipasi dalam politik, sedangkan sistem sosial dan organisasi menentukan bagaimana kebijakan dibuat dan diterapkan. Jika budaya politik lebih inklusif dan partisipatif, kebijakan yang dihasilkan cenderung lebih memperhatikan kepentingan masyarakat.
Masyarakat dengan peserta budaya politik biasanya lebih aktif dalam memilih pemimpin dan berpartisipasi dalam kegiatan politik. Sebaliknya, masyarakat dengan budaya politik parokial atau yang teralienasi cenderung lebih pasif. Mereka mungkin merasa tidak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah dan tidak terlibat dalam proses politik.
Kesimpulan
Budaya politik memainkan peran besar dalam membentuk cara masyarakat berinteraksi dengan sistem politik. Dengan memahami dimensi kognitif, efektif, dan evaluatif dalam budaya politik, kita dapat melihat bagaimana masyarakat menilai dan berpartisipasi dalam proses politik. Masyarakat dengan budaya politik yang partisipatif tidak hanya menjadi penerima kebijakan, tetapi juga berperan aktif dalam menentukan arah politik negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memperhatikan budaya politik masyarakat agar kebijakan yang dihasilkan lebih inklusif, adil, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.